Inovasi baru tingkatkan efisiensi upaya China perangi penggurunan

Para pekerja membuat pola papan catur menggunakan jerami di Gurun Tengger di Zhongwei, Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut, pada 29 Mei 2024. (Xinhua/Feng Kaihua)

Pengelolaan gurun di China telah berkembang drastis sejak dimulainya metode fiksasi pasir dengan kisi-kisi jerami gandum pada 1950-an hingga penghalang pasir modern berpola papan catur dari jerami yang diikat dengan tali jaring sikat.

 

Yinchuan, China (Xinhua/Indonesia Window) – Ningxia, sebuah daerah di China barat laut yang dikelilingi gurun, telah lama berada di garis depan dalam perjuangan mengatasi penggurunan atau desertifikasi.

Pengelolaan gurun di China telah berkembang drastis sejak dimulainya metode fiksasi pasir dengan kisi-kisi jerami gandum pada 1950-an hingga penghalang pasir modern berpola papan catur dari jerami yang diikat dengan tali jaring sikat.

Shapotou, yang terletak di tepi tenggara Gurun Tengger, diberi nama demikian karena bukit pasirnya yang menjulang tinggi, masing-masing setinggi lebih dari 100 meter. Daerah itu juga merupakan tempat bertemunya gurun pasir dan Sungai Kuning, dengan aliran sungai yang deras di satu sisi dan hamparan pasir kuning yang luas di sisi lainnya.

Tidak jauh dari sana, kisi-kisi jerami gandum berjajar di atas bukit pasir, membentuk sebuah dinding rumput yang menahan pasir bergulir dan mencegah gurun pasir menerjang Sungai Kuning.

Pada 2019, sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti Qu Jianjun dari Northwest Institute of Eco-Environment and Resources di Akademi Ilmu Pengetahuan China mengembangkan versi terbarunya, yakni penghalang pasir berpola papan catur dari jerami yang diikat dengan tali jaring sikat. Terobosan ini melibatkan penggunaan mesin untuk menenun jerami gandum menjadi tali jerami yang mirip sikat, sehingga mencapai produksi mekanis dalam proses-proses utamanya, menghemat tenaga kerja, serta memfasilitasi pencegahan dan pengendalian pasir di area yang luas.

Efisiensi produksi papan catur jerami yang baru ini 60 persen lebih tinggi dibandingkan kisi-kisi rumput yang diikat secara manual, sehingga secara efektif memangkas biaya teknis pencegahan dan pengendalian pasir. Daya tahannya juga lebih tinggi dibandingkan yang diikat secara manual, dengan masa pemakaian lebih lama, dari tiga hingga enam tahun, serta dapat digunakan kembali.

Saat ini di Gurun Tengger, yang terletak di sebelah barat laut Kota Zhongwei di Ningxia, para pekerja sedang mendorong kendaraan-kendaraan pengikat rumput untuk memasang penghalang pasir tersebut. Saat dua bilah pengepres rumput bundar berputar, jerami gandum yang diletakkan di atas pasir tertanam dengan kuat ke dalam pasir, menganyam penghalang pasir berwarna keemasan.

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 30 Mei 2024 ini menunjukkan para pekerja sedang membuat pola papan catur dari jerami di Gurun Tengger di Zhongwei, Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut. (Xinhua/Feng Kaihua)

Mengikat kisi-kisi rumput merupakan langkah pertama dalam upaya fiksasi pasir. Bibit dan rumput kemudian ditanamkan ke dalam kisi-kisi itu untuk membentuk penghalang permanen guna mencegah bukit pasir bergeser.

Tang Ximing, yang telah berkecimpung di bidang pengendalian pasir selama 34 tahun, menciptakan sebuah alat pembibitan dari besi yang dapat menanam sebuah pohon dalam beberapa detik tanpa perlu penyiraman tambahan.

Penemuan ini telah meningkatkan angka kelangsungan hidup bibit sebesar 25 poin persentase dibandingkan dengan metode tradisional, serta sangat meningkatkan efisiensi penghijauan.

Pada 2017, inovasi ini dipromosikan ke wilayah lain, termasuk Mongolia Dalam, Shaanxi, dan Gansu.

Mulai 2023, Tang memutakhirkan alat tersebut menjadi alat penanam bibit elektrik, sehingga makin meningkatkan efisiensi penanaman pohon.

“Di masa lalu, seorang pekerja terampil dapat menggali lubang pohon dalam waktu tiga atau empat menit. Tetapi sekarang, dengan alat penanam bibit elektrik itu, sebuah pohon dapat dengan mudah ditanam dalam waktu kurang dari 10 detik,” tambah Tang.

Dalam setengah abad terakhir, peningkatan rangkaian teknologi yang dibuat secara mandiri telah membantu Ningxia mencapai hasil yang luar biasa dalam melawan penggurunan.

Menurut survei nasional keenam China tentang penggurunan dan degradasi lahan yang dilakukan pada 2022, area lahan gurun dan lahan berpasir di Ningxia masing-masing menurun sekitar 154.000 hektare dan 121.400 hektare dibandingkan dengan angka yang tercatat pada 2015. Ini mengindikasikan peningkatan yang signifikan pada lingkungan ekologis setempat.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan