Jakarta (Indonesia Window) – Sejak berada di Arab Saudi pada April 2017, pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab belum pernah kembali ke tanah air.
Berbagai pihak mempertanyakan status dan kondisi Habib Rizieq Shihab (HRS) jika dia kembali ke Indonesia. Namun tanda tanya besarnya adalah mengapa hingga kini imam besar FPI itu tak kunjung bisa pulang.
Menghentikan pengasingan HRS adalah salah satu seruan yang mengemuka di acara Reuni Akbar 212 yang digelar di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada Senin.
Dalam rekaman selama sekitar 30 menit, HRS yang saat ini berada di Makkah menyampaikan sambutannya, khususnya kepada ratusan ribu masyarakat yang memadati lapangan Monas.
Pengasingan
Dalam sambutannya tersebut, HRS yang dituduh terlibat dalam sejumlah kasus, seperti penodaan terhadap simbol negara dan gambar berbau pornografi, menjelaskan perkembangan situasi yang dialaminya selama berada di Arab Saudi.
Menurut dia, mantan Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi telah mengatakan bahwa Pemerintah Kerajaan setiap saat siap untuk mengembalikan HRS ke tanah air.
Jika hingga kini HRS belum juga bisa pulang ke Indonesia, maka tanyakanlah kepada pemerintah Indonesia sendiri, lanjut HRS.
Sementara itu, beberapa waktu lalu Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Untuk Indonesia yang kini menjabat, Esam A Abid Althagafi, mengatakan bahwa ada negosiasi antara pejabat tinggi Indonesia dan Arab Saudi terkait kepulangan HRS.
“Pernyataan dari dua Duta Besar Arab Saudi tersebut lebih dari sekadar bukti bahwa pengekangan dan pencekalan terhadap saya selama ini adalah pengasingan oleh pemerintah Indonesia sendiri,” jelas HRS.
“Karena itu jangan tanyakan kepada saya atau Pemerintah Arab Saudi mengapa saya masih dicekal. Tapi tanyakankan kepada Pemerintah Indonesia. Ini adalah pengasingan dalam kemasan pencekalan,” lanjutnya.
Kebohongan
HRS juga mengatakan bahwa selama ini Pemerintah Indonesia telah melakukan kebohongan terkait keberadaan dirinya di Arab Saudi.
“Pemerintah mempermasalahkan mengapa jika memang ada pencekalan, saya tidak melapor ke KBRI di Riyadh,” ujar HRS.
Dia menjelaskan, saat mengetahui adanya pencekalan tersebut, pihak yang pertama kali dihubungi adalah otoritas Pemerintah Indonesia di Arab Saudi.
“Saat itu Dubes Indonesia di Riyadh mengirim seorang utusan resmi dari Badan Intelijen Negara di Makkah untuk meminta keterangan dan berkas imigrasi saya dalam bentuk salinan. Semua yang diminta saya berikan,” jelas HRS.
Bahkan, melalui sambungan telepon seluler dari utusan tersebut, HRS sempat berbicara dengan Dubes Indonesia.
“Saya juga mengundang Dubes untuk mampir ke rumah saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dubes,” kata HRS.
Karenanya, dirinya sangat terkejut ketika mengetahui kabar bahwa Dubes Indonesia mengatakan dia tidak pernah melapor kepada otoritas Indonesia.
“Stop kebohongan ini. Bangsa ini butuh kejujuran pemimpinnya,” seru HRS.
Laporan: Redaksi