Banner

Peneliti temukan alasan mengapa respons vaksin berbeda pada setiap orang

Sejumlah ampul vaksin cacar monyet terlihat di Chicago, Amerika Serikat, pada 25 Juli 2022. (Xinhua/Vincent Johnson)

Respons vaksin yang berbeda pada setiap orang, salah satunya berkaitan dengan tingkat respons inflamasi sebelum vaksinasi yang berlainan.

 

Bekasi, Jawa Barat (Indonesia Window) – Sejumlah peneliti baru-baru ini menemukan alasan mengapa sistem kekebalan manusia merespons secara berbeda terhadap vaksinasi.

Penelitian meta-analisis yang memiliki implikasi global untuk pengembangan dan pemberian vaksin tersebut diterbitkan di Nature Immunology.

Sebagai bagian dari serangkaian studi untuk The Human Immunology Project Consortium (HIPC), sebuah jaringan lembaga penelitian nasional yang mempelajari berbagai respons terhadap berbagai infeksi dan vaksinasi, para peneliti Emory menganalisis karakteristik molekuler dari 820 orang dewasa muda yang sehat yang diimunisasi dengan 13 vaksin berbeda guna mengidentifikasi biomarker spesifik yang menghasilkan respons antibodi terhadap vaksin.

Para peserta dipisahkan menjadi tiga endotipe, atau kelompok dengan ekspresi gen yang sama, berdasarkan tingkat respon inflamasi sebelum vaksinasi, yakni kelompok inflamasi tinggi, kelompok inflamasi rendah, dan kelompok inflamasi sedang.

Banner

Inflamasi adalah reaksi kekebalan alami yang dimiliki tubuh untuk melawan berbagai serangan penyakit atau mikroorganisme jahat. Inflamasi pada tubuh bisa terjadi akibat berbagai hal, misalnya ketika jaringan tubuh mengalami infeksi, panas, cedera, atau terkena racun.

Dengan mempelajari perubahan imunologi yang terjadi pada para peserta setelah vaksinasi, para peneliti menemukan kelompok yang memiliki tingkat peradangan (inflamasi) tertinggi sebelum vaksin memiliki respon antibodi terkuat.

“Kami terkejut karena peradangan biasanya digambarkan sebagai sesuatu yang buruk,” kata Slim Fourati, PhD, peneliti bioinformatika di Emory University dan penulis pertama makalah tersebut. “Data ini menunjukkan bahwa beberapa jenis peradangan sebenarnya dapat mendorong respons yang lebih kuat dari vaksin.”

Fourati, Dr. Rafick-Pierre Sekaly, profesor dan penulis senior makalah ini, dan tim HIPC mengidentifikasi biomarker spesifik di antara kelompok ini dan fitur seluler yang mencirikan tanda inflamasi pra-vaksinasi, sebagai informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi seberapa baik seseorang akan merespon vaksin.

“Dengan pengetahuan yang kita miliki sekarang tentang karakteristik sistem kekebalan yang memungkinkan respons yang lebih kuat, vaksin dapat disesuaikan untuk memicu respons ini dan memaksimalkan efektivitasnya,” kata Fourati. “Tapi kami masih memiliki lebih banyak pertanyaan untuk dijawab.”

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab peradangan ini pada orang dewasa yang sehat. Selain itu, Fourati menyarankan penelitian di masa depan harus melihat bagaimana biomarker ini memfasilitasi perlindungan vaksin pada kelompok usia yang lebih tua dan di antara populasi yang immunocompromised (pertahanan sistem kekebalan yang rendah, mempengaruhi kemampuannya untuk melawan infeksi dan penyakit).

Banner

Diterbitkan bersamaan dengan tiga studi HIPC lainnya oleh para peneliti di Yale’s School of Medicine, Stanford University, University of Cincinnati, Harvard Medical School, dan Columbia University Medical Center, temuan ini dapat berfungsi untuk meningkatkan respons vaksin di semua individu.

Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana berbagai keadaan kekebalan pra-vaksin memengaruhi respons antibodi membuka kemungkinan untuk mengubah keadaan ini pada individu yang lebih rentan. Sebagai contoh, para ilmuwan mungkin memberi pasien yang diperkirakan memiliki respons imun yang lebih lemah sebagai ajuvan (zat yang dimasukkan ke dalam vaksin agar vaksin lebih efektif) dengan vaksin untuk memicu gen inflamasi yang terkait dengan perlindungan yang lebih besar.

Penelitian ini akan membantu memungkinkan uji klinis yang lebih baik dan lebih efisien untuk pengembangan vaksin baru.

Sumber: https://www.livemint.com/

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan