Banner

Peneliti DIW sebut Jerman telah berada dalam resesi

Foto yang diabadikan pada 1 Agustus 2022 ini memperlihatkan pemandangan malam balai kota di Hanover, Jerman. Beberapa landmark di seantero negara itu telah mengurangi penerangan malam untuk menghemat listrik. (Xinhua/Joachim Sielski)

Resesi Jerman ditandai dengan tingkat inflasi nasional yang naik ke rekor 7,9 persen pada Agustus, didorong oleh melonjaknya harga produk energi yang meroket 35,6 persen secara tahunan (year on year/yoy).

 

Berlin, Jerman (Xinhua) – Ekonomi Jerman sudah berada dalam resesi sebagai akibat dari krisis energi, tingkat inflasi yang tinggi dan menyusutnya perdagangan global, kata Institut Riset Ekonomi (DIW Berlin) negara itu pada Rabu (28/9).

“Sayangnya tidak ada harapan saat ini,” kata pakar ekonomi DIW Guido Baldi, yang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) ekonomi terbesar Eropa itu akan menyusut sekitar lima persen pada 2022 dan 2023.

Barometer ekonomi bulanan pada September masih berada di bawah ambang batas 100 poin yang menunjukkan pertumbuhan rata-rata di Jerman. Pada angka 79,8 poin, tingkat pertumbuhan tersebut menunjukkan sedikit perubahan dari level Agustus, menurut DIW Berlin.

“Kenaikan besar dalam harga energi menyebabkan kerugian dramatis dalam daya beli dan ancaman yang membuat produksi tidak menguntungkan di banyak perusahaan,” kata DIW Berlin.

Banner

DIW Berlin menyebut konflik Rusia-Ukraina dan pandemi COVID-19 adalah “beban tambahan pada ekonomi Jerman yang berorientasi ekspor.”

Tingkat inflasi Jerman naik ke rekor 7,9 persen pada Agustus, menurut Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis). Hal ini didorong oleh melonjaknya harga produk energi yang meroket 35,6 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Krisis energi menjadi masalah terbesar bagi industri Jerman. “Bagi beberapa perusahaan, pertanyaan akan segera muncul, apakah saat ini layak untuk mempertahankan produksi sama sekali,” kata pakar ekonomi DIW Laura Pagenhardt memperingatkan.

Resesi Jerman
Seorang pria mengisi bahan bakar kendaraan di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Berlin, Jerman, pada 8 September 2022. (Xinhua/Ren Pengfei)

Pada saat yang sama, pesanan domestik dan internasional mulai menurun. “Setidaknya hambatan yang sulit dihilangkan sampai sekarang dalam rantai pasokan internasional tampaknya secara bertahap mereda, memungkinkan timbunan (backlog) pesanan yang masih tinggi untuk diproses lebih efisien,” kata DIW Berlin.

Pada Juli, backlog di sektor manufaktur Jerman naik 12,6 persen (yoy), setelah pesanan yang tidak terpenuhi mencapai level tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2015, menurut Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis).

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan