Fokus Berita – Miftahul Jannah Akbar wisuda 22 penghafal Al Qur’an cinta Tanah Air

Pendiri dan pembina pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Dr. Patrialis Akbar, menyampaikan sambutan pembuka pada upacara Wisuda Pelepasan Santri Angkatan ke-4 dan Pemberian Sanad Al Qur’an Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Ahad (14/7/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Pendidikan tahfizh Al Qur’an di Miftahul Jannah Akbar memastikan para santri memahami bahwa suatu pemerintahan yang sudah dipilih dan diakui secara resmi wajib ditaati.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Berfokus pada mempelajari dan menghafalkan Al Qur’an, serta menguasai Bahasa Arab, pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) yang berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini meluluskan 22 santri penghafal Al Qur’an.

Pencapaian tersebut sejalan dengan motto pondok tahfizh yang berdiri pada 2018 itu, yakni ‘Al Qur’an in My Heart’.

Al Quran in my heart ini berarti bahwa hati mereka, kalbunya itu sudah dibelah dengan Al-Qur’an seperti Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam yang dibelah dadanya sebelum menjad Rasul. Kalau kita membedahnyahanya dengan ilmu,” ucap pendiri dan pembina pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Dr. Patrialis Akbar, saat menyampaikan sambutan pembuka pada upacara Wisuda Pelepasan Santri Angkatan ke-4 dan Pemberian Sanad Al Qur’an Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, di Cisarua, Ahad (14/7).

Pendidikan tahfizh Al Qur’an
Pendiri dan pembina pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Dr. Patrialis Akbar (kiri), menyerahkan penghargaan kepada salah satu lulusan terbaik, pada upacara Wisuda Pelepasan Santri Angkatan ke-4 dan Pemberian Sanad Al Qur’an Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Ahad (14/7/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Selain menjadi hafizh (penghafal) Al Qur’an, beberapa lulusan MJA juga telah diterima di perguruan tinggi, dan akan melanjutkan pendidikan mereka di jurusan atau program studi umum.

“Masya Allah, rata-rata mereka diterima di perguruan tinggi melalui jalur tahfizh,” ujar mantan Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013–2017 tersebut.

Lebih lanjut dia menerangkan bahwa alumnus MJA yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia tersebut juga dipastikan memiliki rasa cinta Tanah Air. Hal ini merupakan salah satu pilar yang juga ditanamkan kepada para santri selama mereka menuntut ilmu di pondok tahfizh MJA.

“Kami sudah menanamkan kepada anak-anak kami jiwa nasionalis. ‘Nationality in My spirit’. Pada hari-hari terakhir mereka belajar di sini saya langsung menjadi dosen pembimbing mereka. Kenapa dosen pembimbing, karena sebentar lagi mereka akan menjadi mahasiswa,” urai Dr. Patrialis.

“Jadi kami ingin menanamkan, selain dari pada ‘Al Qur’an in My Heart’, adalah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki tubuh yang sehat, serta jiwa nasionalisme yang amat tinggi,” tegasnya.

Dia menguraikan pentingnya pilar nasionalisme tersebut, “karena setelah lepas dari sini kita berharap mereka menjadi pemimpin.”

“Sistem yang dianut di negara kita pada hari ini membuka kesempatan bagi semua orang untuk bisa menjadi pemimpin di negara ini, apakah itu jadi bupati atau gubernur, atau jadi presiden,” kata Dr. Patrialis.

Dia juga menekankan bahwa pendidikan tahfizh Al Qur’an di Miftahul Jannah Akbar memastikan para santri memahami bahwa suatu pemerintahan yang sudah dipilih dan diakui secara resmi wajib ditaati.

“Kita tidak boleh memberontak, bahkan protes pun kita tidak boleh. Sebaliknya, akui itu adalah bagian dari pemerintah kita. Jadi nationality itu kami betul-betul terapkan sehingga mereka insya Allah nanti tidak akan ikut demonstrasi terhadap pemerintah, karena itu mubazir,” terang Menteri Hukum dan HAM RI periode 2009-2011 tersebut.

Pendidikan tahfizh Al Qur’an
Upacara Wisuda Pelepasan Santri Angkatan ke-4 dan Pemberian Sanad Al Qur’an Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Ahad (14/7/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Pada wisuda pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar angkatan ke-4 tersebut, satu santri, Muhammad Rafi Athallah, meraih ijazah sanad karena berhasil  menghafalkan 30 juz Al Qur’an secara mutqin (hafalan yang benar dan kuat). Ini berarti seluruh hafalan Al Qur’an dari santri tersebut, mulai dari surat pertama (Al Fatihah) hingga surat terakhir-ke-114 (An Naas), memiliki jalur periwayatan yang urutannya terus bersambung dari satu guru ke guru lainnya, hingga mencapai Rasulullah Muhammad ﷺ.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan