Banner

Pemotongan dana internasional untuk program HIV berpotensi menyebabkan 10,75 juta infeksi baru dan 2,93 juta kematian yang dapat dicegah pada periode 2025 hingga 2030.

 

Sydney, Australia (Xinhua/Indonesia Window) – Sebuah lembaga medis Australia dalam studi terbarunya memperingatkan bahwa pemotongan dana internasional untuk program HIV berpotensi menyebabkan 10,75 juta infeksi baru dan 2,93 juta kematian yang dapat dicegah pada periode 2025 hingga 2030.

Diterbitkan dalam The Lancet HIV pada Rabu (26/3), penelitian yang dilakukan oleh Burnet Institute yang berbasis di Melbourne ini memodelkan dampak dari proyeksi pengurangan dana HIV global sebesar 24 persen pada 2026, menyusul pengumuman pemotongan bantuan sebesar 8 persen hingga 70 persen oleh para donatur utama, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda, yang secara kolektif mendanai lebih dari 90 persen bantuan HIV global.

Sebagai kontributor terbesar untuk pendanaan HIV global, AS menghentikan semua bantuannya pada 20 Januari lalu. Hilangnya Rencana Darurat Presiden untuk Penanggulangan AIDS (President’s Emergency Plan for AIDS Relief/PEPFAR), yang dikombinasikan dengan pemotongan dana lainnya, kini mengancam membalikkan kemajuan dalam upaya mengakhiri HIV/AIDS sebagai krisis kesehatan global pada 2030, menurut pemodelan baru dari Burnet Institute.

Penelitian yang dilakukan Burnet Institute menyoroti dampak yang tidak seimbang terhadap negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama sub-Sahara Afrika, dan komunitas-komunitas yang rentan.

Banner

Salah satu penulis penelitian tersebut, Rowan Martin Huges, rekan peneliti senior di Burnet Institute, mengatakan bahwa negara-negara yang sangat bergantung pada bantuan internasional, seperti Mozambik, Afrika Selatan, Uganda, dan Zimbabwe, akan sangat terpukul.

Hampir setengah dari pendanaan HIV global berasal dari bantuan internasional, 54 persen di antaranya berasal dari PEPFAR. Para ahli memperingatkan bahwa tanpa intervensi yang mendesak, jutaan nyawa akan tetap terancam.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan