Banner

Pakar sebut China sumbangkan kebijaksanaan untuk transisi energi hijau global di bawah G20

Foto dari udara yang diabadikan pada 23 Oktober 2022 ini menunjukkan Kawasan Industri Lingang Dongfang di Kota Dongfang, Provinsi Hainan, China selatan. (Xinhua/Pu Xiaoxu)

Transisi energi hijau global di bawah kerangka kerja Kelompok 20 (G20) mendapat dorongan dari China yang telah mencapai kemajuan substansial dalam memberikan sejumlah solusi untuk mengatasi perubahan iklim.

 

Bali (Xinhua) – China telah mencapai kemajuan substansial dalam memberikan sejumlah solusi untuk mengatasi perubahan iklim dan mendorong transisi energi hijau global di bawah kerangka kerja Kelompok 20 (G20), seperti disampaikan oleh Ma Jun, salah satu ketua Kelompok Kerja Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance Working Group/SFWG) G20, dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

Guna mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan efisiensi energi, China telah membuat kemajuan lebih awal dalam membangun sistem keuangan hijau, kata Ma, yang juga merupakan direktur Institut Keuangan dan Keberlanjutan yang berbasis di Beijing.

Pada 2016, ketika memegang presidensi bergilir G20, China memperkenalkan keuangan hijau ke dalam agenda G20 untuk pertama kalinya. Pada 2021, China dan negara-negara lain merumuskan bersama Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20 (G20 Sustainable Finance Roadmap), yang memberikan pedoman penting dalam dukungan keuangan guna mengatasi perubahan iklim.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-17, yang mengusung tema ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa’ (Recover Together, Recover Stronger), akan digelar pada Selasa (15/11) hingga Rabu (16/11) di Bali, dengan berfokus pada tiga isu prioritas, termasuk transisi energi berkelanjutan.

Banner
Transisi energi hijau global
Foto yang diabadikan pada 12 November 2022 ini menunjukkan kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) Wuling untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (G20) ke-17 di Bali. (Xinhua/Wang Yiliang)

KTT tersebut diperkirakan akan menyaksikan dukungan oleh para pemimpin G20 terhadap kerangka kerja keuangan transisi, yang dikembangkan oleh SFWG guna mendukung perusahaan dan kegiatan yang belum ditetapkan sebagai “hijau”, tetapi membutuhkan dana untuk transisi energi bersih mereka, ujar Ma.

“China telah memainkan peran penting dalam mempromosikan kerangka kerja keuangan transisi, mengoordinasikan pandangan dan membangun konsensus,” kata Ma.

Akibat ketegangan geopolitik dan fenomena cuaca ekstrem, banyak negara dihadapkan pada krisis energi. Ma mengatakan salah satu faktor yang memperburuk kondisi energi global adalah bahwa banyak perusahaan energi tradisional tidak dapat memperoleh pendanaan berbiaya rendah (low-cost fund) untuk mendanai transisi mereka ke energi bersih, dan di situlah peran dari kerangka kerja keuangan transisi.

“Lembaga keuangan pada umumnya enggan untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan penghasil emisi karbon tinggi, tetapi beberapa dari perusahaan ini sebenarnya memiliki potensi untuk beralih ke model yang rendah emisi karbon, dan kerangka kerja tersebut akan membantu memecahkan masalah itu,” kata Ma.

Ma menambahkan bahwa China telah memimpin atau berpartisipasi dalam berbagai inisiatif global, yang membantu menetapkan standar serta memberikan panduan dalam keuangan berkelanjutan.

China juga berbagi keahliannya dalam hal keuangan berkelanjutan kepada seluruh dunia, ujar Ma.

Banner

Hingga Oktober 2022, puluhan lembaga global telah mendaftar dalam Prinsip Investasi Hijau untuk Sabuk dan Jalur Sutra, yang diprakarsai oleh Komite Keuangan Hijau Masyarakat China untuk Keuangan dan Perbankan serta Inisiatif Keuangan Hijau Korporasi Kota London, guna memfasilitasi transisi energi hijau global, khususnya bagi negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra, tutur Ma.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan