Banner

OPEC beri tahu IMF bahwa reli harga minyak terutama karena geopolitik

OPEC telah menolak seruan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memompa lebih banyak minyak guna mendinginkan harga, yang mencapai puncak 14 tahun di atas 139 dolar AS pada Maret 2022. (OPEC)

Jakarta (Indonesia Window) – OPEC mengatakan kepada komite pengarah Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis (21/4) bahwa lonjakan harga minyak sebagian besar disebabkan oleh krisis Ukraina, dalam sinyal terbaru bahwa kelompok produsen tidak akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk menambah pasokan.

Dalam sebuah pernyataan kepada Komite Moneter dan Keuangan Internasional (IMFC) yang dilihat oleh Reuters, OPEC mengatakan harga minyak mentah acuan global Brent rata-rata mendekati 98 dolar AS per barel pada kuartal pertama, naik sekitar 18 dolar AS dari tiga bulan terakhir tahun 2021.

“Harga minyak telah meningkat, terutama pada Maret tahun ini … terutama karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan kekhawatiran ini dapat mengakibatkan kekurangan pasokan minyak yang besar, di tengah dislokasi perdagangan,” kata OPEC kepada IMFC.

IMFC adalah bagian dari pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Dewan Gubernur Bank Dunia.

OPEC, yang mengambil bagian dalam pertemuan IMFC tahun lalu, telah menolak seruan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memompa lebih banyak minyak guna mendinginkan harga, yang mencapai puncak 14 tahun di atas 139 dolar AS bulan lalu setelah Washington dan Brussels memberlakukan sanksi pada Moskow atas invasinya ke Ukraina.

OPEC+, yang terdiri dari OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sekitar 432.000 barel per hari pada Mei, sebagai bagian dari pengurangan bertahap pengurangan produksi yang dilakukan selama pandemik COVID-19 terburuk.

OPEC mengatakan bahwa OPEC+ telah menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa fundamental pasokan dan permintaan minyak seimbang selama krisis Ukraina untuk mendukung ekonomi global.

OPEC juga menyoroti dampak jangka pendek negatif dari krisis Ukraina dan pandemik yang sedang berlangsung, menambahkan, “Kenaikan kuat dalam harga-harga komoditas, dalam kombinasi dengan kemacetan rantai pasokan yang sedang berlangsung dan kendala logistik terkait COVID-19 memicu inflasi global yang sudah tinggi”.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan