Jakarta (Indonesia Window) – Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2021 mengalami surplus sebesar 5,73 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 22,03 miliar dolar AS dan impor 16,29 miliar dolar AS, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan tren, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 18 bulan secara beruntun, kata Kepala BPS Margo Yuwono pada konferensi pers secara virtual, Senin.
Margo menyampaikan, komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara penyumbang surplus terbesar untuk Indonesia adalah Amerika Serikat, China, dan Filipina.
Dengan AS, perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,7 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang surplus yaitu lemak dan minyak hewan nabati, lalu pakaian dan aksesorinya atau rajutan.
Perdagangan Indonesia dengan China juga mengalami surplus 1,3 miliar dolar AS dengan komoditas penyebab surplus adalah bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Sementara itu, perdagangan Indonesia dengan Filipina mengalami surplus 685,7 juta dolar AS dengan komoditas yang paling berkontribusi adalah bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Sebaliknya, perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan beberapa negara, di antaranya dengan Australia sebesar 595 juta dolar AS yang disebabkan oleh komoditas bahan bakar mineral, serta bijih logam perak dan abu.
Perdagangan dengan Thailand juga mengalami defisit sebesar 295,6 juta dolar AS, dengan plastik dan barang dari plastik, mesin, peralatan mekanik dan bagiannya, menjadi komoditas penyumbang defisit.
Defisit perdagangan juga dialami Indonesia dengan Ukraina sebesar 216,4 juta dolar AS, dengan komoditas serelia, serta besi dan baja.
Margo menyampaikan secara kumulatif, selama Januari-Oktober 2021 surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 30,81 miliar dolar AS.
Laporan: Redaksi