Banner

Tim peneliti China berhasil isolasi antibodi anti-HIV dari alpaka

Ilustrasi. (Miguel Á. Padriñán from Pixabay)

Nb457 secara efektif menghambat 116 galur virus HIV, menunjukkan spektrum luas dan aktivitas antivirus yang baik.

 

Nanjing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Tim peneliti China berhasil mengisolasi sebuah antibodi dari alpaka yang secara efektif dapat menghambat HIV, menyediakan sebuah peluang yang menjanjikan untuk pengembangan obat anti-AIDS baru.

Temuan tersebut baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal akademik internasional Nature Communications.

Terapi antiretroviral merupakan pendekatan klinis utama saat ini untuk menghambat replikasi HIV, menurut Wu Zhiwei, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing.

Meskipun pengobatan ini secara efektif memperpanjang masa hidup pasien, pengobatan tersebut dapat menyebabkan resistensi obat yang signifikan terhadap virus itu. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk mengeksplorasi terapi-terapi baru, kata Wu, yang juga merupakan salah satu penulis korespondensi dalam penelitian tersebut.

Pendekatan utama dalam pengembangan klinis obat anti-AIDS baru menargetkan proses di mana virus memasuki sel inang. Dalam proses ini, sebuah reseptor yang dikenal sebagai CD4 bertindak sebagai “gagang pintu”, yang digunakan virus itu untuk membuka “pintu” sel.

Tim peneliti tersebut mengisolasi ribuan nanobodi CD4 (sejenis antibodi yang lebih kecil dan lebih stabil) dari alpaka, di mana Nb457 menunjukkan potensi untuk menghambat HIV.

Antibodi itu membuat serangkaian pseudovirus untuk menyimulasikan 117 galur (strain) HIV dan membuatnya berinteraksi dengan Nb457.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nb457 secara efektif menghambat 116 galur virus, menunjukkan spektrum luas dan aktivitas antivirus yang baik.

Dalam tes virus yang sebenarnya, nanobodi trimer yang direkayasa dari Nb457 menunjukkan penghambatan yang kuat terhadap HIV, kata Wu Xilin, seorang peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing, yang juga merupakan salah satu penulis penelitian itu.

Hasil percobaan pada tikus juga menunjukkan bahwa virus tersebut hampir tidak terdeteksi pada tikus yang diberi pengobatan, dan tidak terdapat mutasi resistensi obat, ujar Wu.

HIV bermutasi dengan cepat dan rentan terhadap resistensi obat, yang menyebabkan penurunan kemanjuran obat, menurut Wu.

Antibodi yang baru ditemukan tersebut tidak menargetkan virus itu sendiri, melainkan “gagang pintu” CD4, sehingga kecil kemungkinannya untuk menginduksi resistensi obat pada virus tersebut dan menawarkan implikasi yang signifikan untuk pengembangan obat anti-AIDS baru dan pengobatan klinis, kata Wu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan