Banner

Feature – Menapaki jejak moyang di kemegahan Museum Song Terus Pacitan

Kepala Museum Song Terus, Haris Rahmanendra, dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window, di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Juni 2025. (Indonesia Window)

Museum Prasejarah Song Terus yang terletak di antara lahan pertanian Dusun Weru dan dikelilingi gunung-gunung kapur, menyimpan jejak kehidupan homosapien Australomelanesid yang hidup sekitar 8.500 tahun silam.

 

Pacitan, Jawa Timur (Indonesia Window) – Gedung megah dengan desain modern tiga lantai berdiri di area pertanian kecil di Dusun Weru, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tampak kontras dengan lingkungan sekelilingnya, bangunan berarsitektur unik ini menyimpan tinggalan kebudayaan prasejarah masyarakat Indonesia dari ribuan tahun silam.

Indonesia Window baru-baru ini mengunjungi situs tersebut, yaitu Museum Prasejarah Song Terus, yang terletak di antara lahan pertanian dan dikelilingi gunung-gunung kapur di Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu.

Museum Prasejarah Song Terus berdiri di antara lahan pertanian dan dikelilingi gunung-gunung kapur di Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu, di Dusun Weru, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Juni 2025. (Indonesia Window)

Menurut Kepala Museum Song Terus, Haris Rahmanendra, museum yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman tersebut dibangun dalam rangka melestarikan tinggalan yang luar biasa yang ditemukan di Pacitan. Temuan itu adalah manusia homosapien Australomelanesid yang hidup sekitar 8.500 tahun yang lalu.

“Museum Song Terus memiliki beberapa fasilitas termasuk ruang pamer, storage (penyimpanan) dan laboratorium, serta auditorium sebagai bioskop 3D dan amfiteater,” kata arkeolog tersebut.

Banner

Ruang pamer museum menampilkan sejumlah koleksi termasuk artefak manusia dan tinggalan budayanya serta benda-benda sejarah dan budaya yang dipamerkan agar diketahui oleh masyarakat umum, termaruk generasi muda, ujar Haris.

“Di Museum Song Terus ini, kami sedang berusaha mengoptimalkan layanan edukasi terutama bagi generasi muda dengan melakukan pemanduan dan penjelasan tentang tinggalan atau koleksi yang ada di museum ini. Selain dibawa ke ruang pamer, para pengunujung bisa mengunjungi langsung Goa Song Terus yang terletak tepat di depan museum ini,” urainya.

Museum tersebut sebenarnya tidak saja mempresentasikan Song Terus tapi juga tinggalan prasejarah yang berada di Pegunungan Sewu (pegunungan seribu), kata Haris, seraya menjelaskan, “Jadi selain Song Terus ada Goa Tabuhan, Song Keplek dan Kali Basoko, dan semua itu kita tampilkan dalam Museum Song Terus”.

Museum Song Terus yang dibangun oleh PT Urbane Indonesia sejak 2016 hingga akhir 2019 tersebut terdiri atas lantai bawah tanah, lantai dasar, dan lantai atas.

Lantai bawah tanah berisi ruang penelitian, ruang pengelolaan koleksi, ruang rapat, kantor dan wisma. Lantai dasar meliputi ruang VIP, kafetaria dan ruang pameran temporer.

Lantai atas terdiri dari ruang pameran, ruang audio visual, auditorium, dan gudang. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang berisi buku-buku sejarah.

Banner
Situs arkeologi Song Terus pada 12 Juni 2025, tempat ditemukannya fosil manusia purba ras Australomelanesid. (Indonesia Window)

Museum tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim (23 Oktober 2019 – 28 April 2021), pada 2024 sebagai bagian dari rangkaian peluncuran Indonesian Heritage Agency (IHA), yaitu Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek).

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan