Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin pagi, karena ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pasokan yang sudah ketat, sementara OPEC dan sekutunya terus berjuang untuk meningkatkan produksi mereka.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 87 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 88,76 dolar AS per barel pada pukul 01.00 GMT, membalikkan penurunan 0,6 persen pada Jumat (21/1).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 86 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 86,00 dolar AS per barel, setelah terpangkas 0,5 persen pada Jumat (21/1).

Kedua harga patokan minyak mentah itu naik untuk pekan kelima berturut-turut pekan lalu, menguat sekitar 2,0 persen mencapai tertinggi sejak Oktober 2014. Harga melonjak lebih dari 10 persen sepanjang tahun ini karena kekhawatiran atas pengetatan pasokan.

“Investor tetap bullish karena risiko geopolitik antara Rusia dan Ukraina serta di Timur Tengah, sementara OPEC+ terus gagal mencapai target produksinya,” kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

“Ekspektasi permintaan minyak pemanas yang lebih tinggi di Amerika Serikat di tengah cuaca dingin juga menambah tekanan,” katanya.

Memicu kekhawatiran gangguan pasokan di Eropa Timur, Amerika Serikat pada Ahad (23/1) mengatakan pihaknya memerintahkan penarikan anggota keluarga staf yang memenuhi syarat dari kedutaan besarnya di Ukraina dan mengatakan semua warga harus mempertimbangkan untuk pergi karena ancaman aksi militer dari Rusia.

Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi yang berat jika memasang rezim boneka di Ukraina, seorang menteri senior Pemerintah Inggris mengatakan pada Ahad (23/1), setelah Inggris menuduh Kremlin berusaha untuk menempatkan seorang pemimpin pro-Rusia berkuasa di sana.

Di Timur Tengah, Uni Emirat Arab (UEA) telah mengandangkan sebagian besar drone pribadi dan pesawat olahraga ringan yang digunakan untuk tujuan rekreasi selama sebulan mulai Sabtu (22/1), kata Kementerian Dalam Negeri, menyusul serangan drone mematikan pekan lalu oleh Houthi Yaman di negara Teluk itu.

Sementara itu, OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan Rusia dan produsen lainnya, sedang berjuang untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph).

Kepatuhan OPEC+ dengan pengurangan produksi minyak yang telah lama dipasang naik menjadi sekitar 122 persen pada Desember, dua sumber dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters, menunjukkan bahwa beberapa anggota terus berjuang untuk meningkatkan produksi mereka.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak bumi terus merosot selama sebulan terakhir, sementara perusahaan energi memangkas rig minyak pekan ini untuk pertama kalinya dalam 13 pekan. Analis memperkirakan cuaca dingin akan meningkatkan permintaan pemanas selama beberapa pekan ke depan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan