Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Setahun yang lalu Andhika Rutten, seorang diaspora Indonesia di Belanda mengikuti kegiatan Regular Oil Palm Course (ROPC) yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI di Jambi.

Program yang diadakan sejak 2017 tersebut ternyata sangat memperluas cakrawala Andhika tentang perkebunan kepala sawit di Indonesia sehingga ia pun menggagas pembuatan film berjudul Human in Oil (Manusia Dalam Minyak).

Film karya sutradara Belgin Inal itu berisi pengalaman dan persespsi Andhika selama mengikuti ROPC selama sembilan hari bersama peserta lain yang merupakan peneliti, aktivis lingkungan, dan akademisi yang berasal dari berbagai negara, termasuk negara-negara Uni Eropa.

Selama berada di Jambi, peserta ROPC tinggal bersama para petani kelapa sawit lokal sembari belajar dan berdiskusi tentang bagaimana perkebunan dan komoditas tersebut menopang kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Human in Oil

Banner

Human in Oil diproduksi oleh rumah produksi asal Belanda Docsfair dan telah diluncurkan di Amsterdam pada Jumat (22/11).

Film yang akan disebarluaskan ke seluruh dunia, termasuk melalui media sosial itu menyoroti perkebunan kelapa sawit yang telah mengubah kehidupan para petani kecil (smallholders) di Jambi.

Dalam film itu, para petani juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai pelarangan impor kelapa sawit oleh negara-negara Uni Eropa.

Film tersebut juga menunjukkan pengelolaan industri kelapa sawit di Indonesia yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan sesuai standar RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System).

Human in Oil yang menceritakan kehidupan petani di perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah gambaran yang humanis di tengah opini menyesatkan yang dibangun oleh berbagai pihak di Uni Eropa, terutama mengenai kerusakan lingkungan hidup.

Pada peluncuran Human In Oil, Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar mengatakan hingga kini belum ada pemahaman global tentang isu kelapa sawit.

Banner

Dia berharap film tersebut menjadi media bagi masyarakat di Belanda khususnya, dan Eropa dalam mempelajari dan menyelusuri isu kelapa sawit yang selama ini menjadi kambing hitam kerusakan lingkungan.

Menurut Mahendara, persepsi tentang industri kelapa sawit tak dapat diubah dalam satu malam, namun film ini merupakan langkah awal untuk membangun global understanding secara mendalam tentang kelapa sawit.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan