Feature – Masjid Jogokariyan Jogja hidupkan peran masjid, berdayakan ratusan UMKM

Masjid Jogokariyan juga memiliki klinik lengkap dengan dokter dan tenaga medis, serta obat-obatan, yang dapat diakses secara bebas oleh masyarakat.
Yogyakarta (Indonesia Window) – Satu dari beberapa langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ ketika tiba di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Makkah adalah mendirikan masjid.
Masjid tersebut diyakini adalah Masjid Quba, yang kini terletak sekitar empat kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah.
Tak hanya sebagai bangunan ibadah dan pusat dakwah, Rasulullah ﷺ dan para masyarakat Muslim saat itu menjadikan Masjid Quba sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan musyawarah bagi Umat Islam, bahkan dekat dengan pasar sehingga aktivitas perniagaan selalu dijalankan dengan prinsip-prinsip Al-Qur’an.
Lebih dari 1.400 tahun kemudian, multiperan masjid tersebut diadopsi oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan takmir (pengelola) Masjid Jogokariyan, yang hanya berjarak sekitar lima kilometer ke arah selatan dari Jalan Malioboro yang terkenal di Yogyakarta.

“Dalam badan takmir ada 29 biro, salah satunya Biro Pemberdayaan Ekonomi yang membina pelaku UMKM,” ucap salah satu takmir Masjid Jogokariyan, Welly, dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window di Yogyakarta, pada pekan awal Juni.
Setidaknya 164 pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di sektor penjualan produk barang dan jasa berada dalam naungan masjid yang didirikan pada 1966 tersebut.

Menurut Welly, program-program pembinaan yang diberikan kepada para pelaku UMKM yang sebagian besar merupakan warga Kampung Jogokariyan tersebut mencakup kajian dan diskusi tentang bisnis dan ekonomi Islam, serta bantuan untuk meningkatkan usaha, seperti setifikasi produk halal, pemotretan produk oleh fotografer profesional, dan pembuatan katalog produk digital yang menarik agar mampu berkompetisi di platform e-commerce.
“Untuk masyarakat yang ingin membangun usaha, kami juga menyediakan pelatihan keterampilan mekanik seperti Balai Latihan Kerja, untuk servis AC, kulkas, hape (telepon genggam). Yang membutuhkan modal usaha juga kami bantu,” imbuhnya.
Guna mengoptimalkan penjualan produk para pelaku usaha, takmir Masjid Jogokariyan, lanjut Welly, juga menyediakan ‘pasar rakyat’ setiap Sabtu dan Ahad mulai selepas subuh hingga pukul 08.00.
“Pasar rakyat ini juga kami buka selama bulan Ramadhan di sepanjang jalan menuju masjid dan sekitarnya. Ada sekitar 350 pedagang yang ikut berjualan, dari 600-an yang mendaftar. Terpaksa kami batasi karena tempatnya tidak cukup,” tuturnya.

Pusat solusi
“Masyarakat harus berdaya dengan adanya masjid. Kita jangan sibuk membangun masjid yang mewah, tapi masyarakat hidup susah,” ucap Welly, seraya menegaskan tagline Masjid Jogokariyan, ‘Masjid untuk sumber kesejahteraan rakyat.’
Karenanya, selain membina para pelaku UMKM agar berdaya dan mampu meningkatkan bisnis mereka, Masjid Jogokariyan juga menyediakan bantuan pendidikan dan sosial bagi masyarakat.
“Yang punya anak atau cucu masih sekolah tapi masih menunggak pembayaran SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) akan kami bantu. Kami juga punya mesin ‘ATM Beras’. Alhamdulillah lebih dari 500 keluarga di sekitar masjid dan di luar sudah memanfaatkan fasilitas ini. Setiap bulan kita sediakan 1,5 ton – 2 ton beras,” ujarnya.
Dia melanjutkan, Masjid Jogokariyan juga memiliki klinik lengkap dengan dokter dan tenaga medis, serta obat-obatan, yang dapat diakses secara bebas oleh masyarakat.
Kegiatan sosial dan ekonomi yang dijalankan oleh takmir Masjid Jogokariyan tentu memerlukan dana yang tidak sedikit.
“Kami punya Badan Usaha Milik Masjid. Ini adalah unit-unit usaha yang menjadi sumber pendanaan yang digunakan untuk operasional masjid,” ungkap Welly, seraya menyebutkan salah satu unit bisnis tersebut, yakni Hotel Anugerah Wisata 2 yang berlokasi di area wisata Kaliurang, Yogyakarta.
Welly berharap, dukungan dan bantuan Masjid Jogokariyan untuk warga di sekitarnya, khususnya, dan di luar lingkungan masjid, turut memberdayakan masyarakat dan menjadikan masjid sebagai pusat solusi. Pada akhirnya, masyarakat akan memakmurkan masjid dengan amal ibadah dan muamalah yang sesuai dengan syariat Islam.
Bangunan Masjid Jogokariyan didirikan di tanah seluas 1.478 meter persegi yang terdiri atas tiga lantai. Lantai pertama merupakan area sholat seluas 387 meter persegi yang dapat menampung sekitar 1.000 jamaah.
Sebagai pusat kegiatan masyarakat, di lantai dua dan tiga masjid tersedia fasilitas umum, yakni perpustakaan, aula, dan kamar yang disewakan, serta penginapan bagi musafir, yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan.
Laporan: Redaksi