“Penggunaan ganja untuk tujuan medis bukanlah hal baru di Malaysia karena pada tahun 2014, Sativex yang mengandung cannabidiol (CBD) dan tetrahydrocannabinol (THC) telah disetujui untuk digunakan di Malaysia untuk mengobati kejang otot.”
Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah Malaysia akan mengambil keputusan terhadap penggunaan ganja untuk tujuan medis sebelum akhir tahun, kata Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin beberapa waktu lalu.
Khairy, yang mengakhiri kunjungan kerja bilateral ke Bangkok pada 25 Agustus lalu mengatakan Thailand telah berbagi banyak pandangan dan pengalaman selama kunjungannya tentang penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan dan budidayanya.
“Saya yakin bahwa kami akan dapat mempelajari pengalaman Thailand untuk menyesuaikannya dengan konteks Malaysia nanti ketika kami akan memutuskan apakah akan mengizinkan penggunaan ganja untuk tujuan medis atau tidak.”
“Jika disetujui, kami akan menentukan dalam kerangka apa dan bagaimana itu akan digunakan,” imbuhnya.
“Saya ingin bergerak cepat… Saya yakin kami akan mampu mengambil sikap tahun ini. Keputusan utama ya atau tidak akan dibuat tahun ini dengan kebijakan yang kemungkinan akan dilaksanakan tahun depan. Itu target saya,” katanya kepada Bernama.
Kunjungan Khairy ke Bangkok atas undangan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul, bertujuan untuk mengeksplorasi potensi manfaat kesehatan ganja.
Thailand adalah negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan.
Selama kunjungan kerjanya, Khairy dan delegasi juga mengunjungi Government Pharmaceutical Organization (GPO) di mana dia diberi pengarahan tentang kebijakan ganja Thailand termasuk praktik, metode budidaya, penelitian dan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan.
Dia juga mengadakan pertemuan dengan para pemain utama industri ganja di Thailand selain mengunjungi Siam Cannabis Land di Pattaya dimana Khairy diberi pengarahan dan mengunjungi rumah kaca dan perkebunan berbagai jenis ganja.
Khairy menjelaskan bahwa penggunaan ganja untuk tujuan medis bukanlah hal baru di Malaysia karena pada tahun 2014, Sativex yang mengandung cannabidiol (CBD) dan tetrahydrocannabinol (THC) telah disetujui untuk digunakan di Malaysia untuk mengobati kejang otot.
Namun, produk tersebut tidak diterima dengan baik di pasar lokal sehingga pendaftarannya dibatalkan.
“Undang-undang dan kerangka kerja yang ada memungkinkan penggunaan ganja untuk tujuan medis,” katanya.
Khairy menambahkan bahwa penggunaan ganja untuk tujuan medis menjadi lebih luas secara internasional termasuk untuk perawatan paliatif (mengurangi penderitaan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual), manajemen nyeri kronis, insomnia dan pasien yang menjalani kemoterapi.
“Malaysia tidak mau ketinggalan. Jadi, kami ingin melihat dan mempelajari efektivitas dan keamanan penggunaan ganja untuk keperluan medis,” katanya.
Sementara itu, Khairy mengatakan, awalnya, Malaysia hanya melihat penggunaan produk ganja untuk tujuan pengobatan dan bukan budidayanya.
“Kalau permintaannya tinggi untuk dijadikan industri, kita akan pelajari dari segi budidaya (ganja). Kita akan ambil langkah demi langkah,” katanya.
Bulan lalu, Khairy mengatakan kerangka kerja mengenai pendaftaran produk CBD tertentu akan diumumkan.
Selama di Bangkok Khairy juga mengunjungi rumah sakit jiwa pertama Thailand, Institut Psikiatri Somdet Chaopraya, di mana dia diberi pengarahan oleh direktur jenderal Departemen Kesehatan Mental Dr. Amporn Benjaponpitak tentang layanan kesehatan mental di negara itu.
Dalam kunjungan tersebut, Khairy diperlihatkan berbagai inovasi yang dapat membantu meningkatkan kesehatan mental.
Sumber: Bernama
Laporan: Redaksi