LIPI temukan 10 taksa baru burung di Sulteng dan Malut

Phylloscopus emilsalimi sp.nov. yang ditemukan di Pulau Taliabu di Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. (LIPI)

Jakarta (Indonesia Window) – Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan sepuluh taksa baru burung di Sulawesi dan Maluku Utara.

Penemuan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan Universitas Nasional Singapura dalam bentuk survei selama enam  pekan di provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara pada akhir 2013 hingga awal tahun 2014, demikian pernyataan yang dikutip dari situs jejaring LIPI yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Lokasi survei tersebut meliputi Pulau Peleng di Kepulauan Banggai dan pulau Batudaka di Kepulauan Togean (Sulawesi Tengah) serta Pulau Taliabu di Kepulauan Sula (Maluku Utara).

Hasil penemuan itu ditulis oleh Rheindt FE, Prawiradilaga DM, Ashari H, Suparno, Gwee CY, Lee GWX, Wu MY dan Ng NSR serta dipublikasikan pada 9 Januari 2020 dalam jurnal Science, Volume 367, pada halaman 167-170.

Sepuluh taksa

Sepuluh taksa baru tersebut terdiri atas lima jenis baru dan lima anak jenis baru, yakni Rhipidura habibiei sp.nov. (ditemukan di Pulau Peleng), Locustella portenta sp.nov. (Taliabu), Myzomela wahe sp.nov. (Taliabu), Phyllocopus suara merdu sp.nov. (Peleng), dan Phylloscopus emilsalimi sp.nov. (Taliabu).

Lima taksa lainnya adalah Phyllergates cuculatus sulanus subsp.nov (Taliabu), Phyllergates cucullats relictus subsp.nov. (Peleng), Cyornis omissus omississimus subsp.nov. (Batudaka), Turdus poliocephalus sukahujan subsp.nov. (Taliabu), dan Ficedula hyperythra betinabiru subsp.nov.(Taliabu).

Profesor Riset bidang zoologi pada Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dewi Malia Prawiradilaga menjelaskan, banyaknya taksa burung baru yang ditemukan dari satu kali ekspedisi itu merupakan prestasi luar biasa dan sangat langka.

“Baru terjadi lagi setelah lebih dari 100 tahun lalu pascaekspedisi yang dilakukan oleh Alfred R. Wallace,” ujarnya.

Menurut Dewi, kondisi alam berupa laut dalam di sekitar pulau-pulau tersebut mendukung terjadinya proses pembentukan jenis atau dikenal dengan spesiasi.

Dari kesepuluh taksa baru tersebut, dua nama jenis dari lima jenis burung baru dianugerahkan kepada mendiang Presiden Ketiga Republik Indonesia B.J Habibie serta tokoh cendekiawan Indonesia, Emil Salim.

“Hal ini merupakan  bentuk penghargaan atas jasa-jasa kedua tokoh penting tersebut yang sangat peduli terhadap lingkungan dan sangat perhatian terhadap masa depan bangsa,” ujar Dewi.

Dia berharap nama besar kedua tokoh itu tetap abadi guna menjamin kelestarian dan keberadaan kedua jenis burung tersebut di alam.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan