Banner

LIPI teliti daun ketepeng badak dan benalu sebagai antivirus COVID-19

Ilustrasi. (Photo by ThisisEngineering RAEng on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kimia tengah meneliti ekstrak daun ketepeng badak (Cassia alata) dan benalu (Dendrophthoe sp.) sebagai obat herbal antivirus COVID-19.

Kepala Pusat Penelitian Kimia Yenny Meliana mengatakan, penelitian tersebut dilakukan oleh LIPI berkerja sama dengan Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Kyoto, Jepang, demikian dikutip dari situs jejaring LIPI.

COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 termasuk jenis virus baru yang bersifat dinamis. Karenanya, belum ada formula obat atau vaksin yang tepat untuk mengobati virus ini yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan mempunyai aktivitas antivirus,” jelas Yenny, seraya menambahkan bahwa senyawa yang diprediksi dapat berperan aktif sebagai antivirus adalah kaempferol, aloe-emodin, quercitrin, dan quercetin.

Sementara itu, peneliti bidang farmasi kimia Pusat Penelitian LIPI, Marissa Angelina menyebutkan, langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada pasien COVID-19 terbatas pada tindakan preventif dan suportif guna mencegah komplikasi dan kerusakan organ lebih lanjut.

Banner

“Beberapa studi pendahuluan telah menguji kombinasi agen potensial seperti protease inhibitor lopinavir/ritonavir yang umumnya digunakan untuk mengobati virus HIV, digunakan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi COVID-19,” paparnya.

Selain itu, lanjut Marissa, obat malaria yaitu qlorokuin dan emodin juga telah digunakan untuk pasien positif COVID-19.

Menurut Marissa, tanaman yang mengandung komponen utama flavonoid dan flavonoid glikosida dilaporkan sebagai zat aktif utama sebagai antivirus.

Pengembangan bahan baku obat dan obat herbal berstandar merupakan upaya yang sangat penting dalam mendukung kemandirian obat Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman hayati, ujarnya.

“Pengembangan bahan baku obat berbasis tanaman berpotensi untuk jangka panjang dan memiliki peluang besar bagi industri bahan baku obat di Indonesia,” kata dia.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan