Banner

Pakar sebut dunia tengah hadapi krisis kembar, percepatan transisi energi jadi solusi

Fred Krupp, presiden organisasi nirlaba Environmental Defense Fund (EDF) yang berbasis di AS, dalam forum energi global CERAWeek. (Xinhua)

Krisis iklim

dan krisis energi saat ini menjadi krisis kembar yang dihadapi oleh dunia, dan solusi untuk keduanya sama, yakni meningkatkan upaya kerja sama global guna mempercepat transisi energi.

 

Houston, AS (Xinhua) – Dunia saat ini sedang menghadapi krisis kembar, yakni krisis iklim serta krisis energi, dan solusi untuk keduanya sama, yakni meningkatkan upaya kerja sama global guna mempercepat transisi energi, kata Fred Krupp, presiden organisasi nirlaba Environmental Defense Fund (EDF) yang berbasis di Amerika Serikat (AS), kepada Xinhua dalam forum energi global CERAWeek yang sedang berlangsung.

“Krisis kembar ini mengakibatkan gangguan luar biasa terhadap perlunya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kehidupan yang sehat,” kata Krupp dalam wawancara eksklusif dengan Xinhua pada Selasa (7/3) di forum tersebut.

Guncangan energi baru-baru ini, lanjut Krupp, “tentu saja menjadi setidaknya salah satu krisis energi pertama” dalam era transisi energi yang sedang dialami dunia.

“Kita bisa menyelesaikan kedua krisis ini sekaligus. Karena beralih dari bahan bakar fosil adalah solusi bagi kedua krisis tersebut,” ujarnya.

Advokat lingkungan hidup itu menekankan bahwa transisi energi itu seharusnya tidak hanya dilakukan dengan cepat, tetapi juga “dengan cara menghemat biaya dan membuat transisi berjalan praktis bagi semua negara.”

Untuk mengatasi krisis iklim dan energi bersama-sama, transisi harus adil bagi semua orang di seluruh dunia, terutama tidak merugikan mereka yang tinggal di perekonomian berkembang.

Di antara semua tantangan selama masa transisi tersebut, polusi metana menjadi tantangan serius dan utama yang membutuhkan solusi segera.

“Emisi metana akan menyebabkan dampak pemanasan global yang lebih besar dalam satu dekade ke depan dibandingkan dampak dari emisi pembakaran semua bahan bakar fosil di mana pun di planet ini dalam satu dekade ke depan,” ujarnya memperingatkan.

Dia juga menyampaikan harapan bahwa sesi ke-28 Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP28), yang akan digelar di Uni Emirat Arab akhir tahun ini, akan “pada akhirnya membuahkan rencana aksi nyata bagi semua negara untuk menurunkan emisi metana dari sektor minyak dan gas.”

Meski ‘kumandang keras’ tentang pentingnya hidrogen diperdengarkan dalam CERAWeek, forum energi global tahunan paling berpengaruh yang digelar selama lima hari di Houston, Krupp tampak kurang optimistis.

Dia menyatakan bahwa walaupun sangat penting untuk penggunaan tertentu, hidrogen akan menjadi “gas rumah kaca yang sangat kuat seperti metana” jika bocor ke atmosfer.

Menjelang COP28, Krupp berharap semakin banyak negara akan bersatu dan membuat kemajuan terlepas dari perbedaan antara Global South dan Global North saat ini soal aksi iklim.

“Kita semua berada di perahu yang sama,” tuturnya. “Tidak ada yang lebih penting daripada kerja sama geopolitik untuk melawan ketegangan.”

Alih-alih “menggunakan isu untuk memecah belah, kita perlu membangun jembatan antara semua negara dan menyelesaikan masalah ini bersama-sama.”

Krupp juga memuji kemajuan luar biasa yang dicapai di China dalam hal pemurnian udara dan pengembangan teknologi ramah iklim, serta menyuarakan keyakinannya tentang kerja sama China-AS dalam aksi iklim meski terjadi friksi belakangan ini.

“Saya percaya negara-negara akan bekerja sama karena sangat penting bagi kedua negara besar tersebut untuk bekerja sama demi masa depan semua orang di China dan semua orang di AS, maupun semua orang di planet ini.”

EDF, salah satu organisasi lingkungan hidup paling berpengaruh di dunia menurut situs jejaring CERAWeek, bekerja sama dengan China selama 30 tahun dan “pasti” akan terus bekerja sama dengan China, kata Krupp, yang memimpin EDF sejak 1984.

“Jika kita bisa menyelesaikan masalah iklim dan energi bersama-sama, seluruh dunia akan lebih aman,” pungkasnya.

Lebih dari 7.000 peserta, yang mencakup pembuat kebijakan, pemimpin industri, eksekutif perusahaan, investor dan peneliti dari 80 lebih negara dan kawasan menghadiri CERAWeek 2023, yang berakhir pada Jumat (10/3), menurut S&P Global sebagai penyelenggara.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan