Krisis di Sudan melibatkan bentrokan bersenjata antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) sejak 15 April lalu, dengan setidaknya 97 orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka sejak awal bentrokan.
PBB (Xinhua) – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (17/4) meminta para pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) untuk segera menghentikan permusuhan dan memulai dialog untuk menyelesaikan krisis di Sudan.
Guterres membuat seruan itu sebelum menyampaikan pidato pembukaannya di sebuah forum PBB tentang pembiayaan untuk pembangunan.
Dia mengutuk keras pecahnya pertempuran di Sudan, mengatakan situasi tersebut telah menyebabkan “hilangnya nyawa yang mengerikan,” termasuk banyak warga sipil.
Sudan mengalami bentrokan bersenjata antara tentara Sudan dan RSF sejak 15 April.
Setidaknya 97 orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka sejak awal bentrokan, menurut Central Committee of Sudanese Doctors (CCSD), sebuah badan nonpemerintah.
“Saya mengutuk kematian dan cedera yang dialami warga sipil dan pekerja kemanusiaan serta aksi penargetan dan penjarahan tempat,” kata Guterres. “Saya mengingatkan semua pihak tentang perlunya menghormati hukum internasional, termasuk memastikan keselamatan dan keamanan semua personel PBB dan badan terkait lainnya serta pekerja bantuan kemanusiaan.”
Sekjen PBB tersebut memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat menghancurkan Sudan dan kawasan itu, dan mendesak semua pihak yang memiliki pengaruh atas situasi tersebut untuk mendukung upaya mengakhiri kekerasan, memulihkan ketertiban, dan kembali ke jalur transisi.
Guterres mengatakan dia telah berbicara dengan dua pemimpin Sudan pada akhir pekan lalu dan secara aktif terlibat dengan Uni Afrika, Liga Arab, dan para pemimpin di seluruh kawasan itu.
Dia menegaskan kembali bahwa rakyat Sudan akan mendapat dukungan penuh dari PBB atas upaya mereka memulihkan transisi demokrasi serta membangun masa depan yang damai dan aman.
Laporan: Redaksi