Kemampuan memahami bahasa Mandarin dinilai penting karena mayoritas dari wisatawan asing yang berkunjung ke Masjid Istiqlal berasal dari China, dan tidak semua rombongan wisatawan China itu datang dengan pemandu wisata atau penerjemah.
Jakarta (Xinhua) – Masjid Istiqlal tidak hanya populer sebagai ikon Jakarta, tetapi juga telah lama menjadi bukti dari toleransi keberagaman yang ada di Indonesia. Masjid terbesar di Asia Tenggara yang mampu menampung ratusan ribu jamaah itu kini juga menjadi tempat bagi puluhan orang untuk belajar bahasa Mandarin, aktivitas yang jarang ditemui di masjid pada umumnya.
Kelas kursus bahasa Mandarin di Masjid Istiqlal mulai berjalan sejak awal bulan ini, dengan hampir 30 peserta yang terdaftar yang sebagian besar merupakan para staf masjid tersebut. Namun, beberapa peserta juga berasal dari masyarakat umum, salah satunya Juli, seorang ibu rumah tangga yang mengikuti kelas gratis ini setelah mendapatkan informasi yang disebarkan oleh gereja tempatnya beribadah.
“(Saya) berminat mengikuti kursus ini karena memang hobi belajar bahasa dan waktu kursusnya ternyata cocok dengan jam kerja. Kursus ini sangat bagus, apalagi dilakukan di masjid sehingga menjadi lebih menarik,” ujarnya, yang ditemui seusai kursus pada Kamis (21/3).
Kursus tersebut berlangsung dua kali dalam sepekan, yakni pada Selasa dan Kamis selama dua jam mulai pukul 13.00 WIB. Pelatihan tahap pertama yang didukung oleh Kedutaan Besar China di Indonesia dan Pusat Bahasa Mandarin (PBM) Universitas Al-Azhar Indonesia ini akan berlangsung selama tiga bulan dan menyediakan kelas HSK level 1.
Selain Juli, setidaknya ada empat murid lainnya yang juga merupakan masyarakat umum yang mengikuti kursus tersebut, mayoritas diantaranya mendaftar melalui informasi yang disebarkan oleh Gereja Katedral yang menjadi mitra Masjid Istiqlal.
Sementara murid lainnya, atau lebih dari 20 orang merupakan staf masjid Istiqlal. Sebagian besar dari mereka merupakan staf di bidang hubungan masyarakat (humas) dan protokoler, posisi yang dinilai cukup penting untuk bisa menguasai bahasa asing karena kerap menyambut wisatawan luar negeri.
“Kebanyakan muridnya adalah staf humas dan protokoler karena memang kepentingan mereka minimal mampu memahami dan mengucapkan kalimat yang sederhana atau bisa menyampaikan salam dalam bahasa Mandarin,” kata Saparwadi, Kepala Humas dan Protokoler Masjid Istiqlal.
Kemampuan memahami bahasa Mandarin dinilai penting karena mayoritas dari wisatawan asing yang berkunjung ke Masjid Istiqlal berasal dari China, dan tidak semua rombongan wisatawan China itu datang dengan pemandu wisata atau penerjemah. Demikian juga keahlian berbahasa ini penting bagi staf ketika menyambut beberapa tamu penting seperti delegasi dari Kedutaan Besar China di Indonesia maupun tamu VIP lainnya.
Laporan: Redaksi