Kawasan maritim Indo-Pasifik dapat terancam apabila berbagai tantangan di wilayah tersebut gagal dikelola.
Jakarta (Indonesia Window) – Berbagai kepentingan negara besar kerap berbenturan di kawasan maritim Indo-Pasifik, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno L.P. Marsudi, pada pembukaan pertemuan Forum Maritim ASEAN yang Diperluas ke-11 di Bali, pada Rabu (2/8).
Retno mengatakan, kegagalan dalam mengatasi tantangan ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan maritim Indo-Pasifik, Kementerian Luar Negeri RI mengutip pernyataan Menlu tersebut dalam keterangan tertulisnya yang diterima Indonesia Window pada Jumat.
“Kita harus cegah kawasan ini menjadi Epicentrum of conflict. Dimensi maritim berperan kunci dalam menciptakan kawasan ini sebagai Epicentrum of Growth (Episentrum Pertumbuhan),” ujarnya, seraya menyatakan pentingnya visi bersama yang menjadi pedoman di kawasan maritim Indo-Pasifik.
Pertama, memastikan terwujudnya ‘lautan perdamaian’, melalui penerapan hukum internasional yang konsisten dan memastikan tidak adanya tindakan yang mengancam keamanan pihak lain.
Kedua, mewujudkan ‘lautan kerja sama’ sebagai katalis dalam membangun kepercayaan dan perdamaian yang berkelanjutan. Dalam hal ini, the ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) berperan sentral dalam mendorong kerja sama di ranah maritim, termasuk sektor ekonomi biru, keamanan maritim, dan mendukung kesejahteraan penduduk pesisir.
Menlu mendorong agar Forum Maritim ASEAN yang Diperluas terserbut dapat menjadi wadah untuk mengembangkan dan memperkuat sinergi kebijakan terkait kerja sama dan tata kelola maritim di Indo-Pasifik.
“Semua pemangku kepentingan harus turut serta dalam mewujudkan tujuan ini,” tegas Retno.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Sidharto Suryodipuro, menyampaikan pentingnya membangun kepercayaan, serta peran aktif dan sentralitas ASEAN dalam membentuk kebijakan dan tata kelola maritim di kawasan.
“ASEAN juga baru saja meluncurkan edisi perdana ASEAN Maritime Outlook (AMO) yang merangkum berbagai progres dan arah kerja sama maritim ASEAN dalam satu dokumen yang komprehensif,” ujar Dirjen Kerja Sama ASEAN.
Forum tersebut dihadiri oleh perwakilan pejabat tinggi seluruh negara ASEAN, serta delapan negara mitra yaitu Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, China, dan Selandia Baru.
Sejumlah panelis juga hadir pada kegiatan tersebut untuk memaparkan inisiatif kerja sama maritim yang mencakup aspek perdamaian, stabilitas, dan ekonomi biru.
Forum tersebut terselenggara dalam rangkaian kegiatan ASEAN Senior Officials’ Meeting (SOM) yang diselenggarakan di Bali pada 31 Juli – 5 Agustus 2023.
Laporan: Redaksi