Banner

Feature – Teknologi digital bawa pengunjung ke masa lalu Tembok Besar China

Foto dokumentasi ini menunjukkan sebuah bagian dari Tembok Besar seksi Jiayuguan di Provinsi Gansu, China barat laut. (Xinhua)

Kacamata realitas virtual (virtual reality/VR) membawa pengunjung kembali ke benteng militer yang ramai di sepanjang Tembok Besar Dinasti Ming (1368-1644), dengan pemandangan jalan, kamp militer, dan rumah-rumah pertanian yang terpampang begitu nyata.

 

Lanzhou, China (Xinhua) – Mengawali perjalanan yang menakjubkan, para pengunjung mengenakan kacamata realitas virtual (virtual reality/VR) yang membawa mereka kembali ke benteng militer yang ramai di sepanjang Tembok Besar Dinasti Ming (1368-1644), dengan pemandangan jalan, kamp militer, dan rumah-rumah pertanian yang terpampang begitu nyata.

Di Provinsi Gansu, China barat laut, sebuah tim ahli teknologi memanfaatkan teknologi digital untuk merekonstruksi bagian-bagian dari Tembok Besar yang berusia lebih dari 400 tahun, untuk menampilkan dan mengungkap nilai budaya dari Situs Warisan Dunia UNESCO ini.

Tembok Besar, yang menjadi simbol China, terdiri dari banyak tembok yang saling terhubung, beberapa di antaranya berusia 2.000 tahun. Bagian-bagian yang ada memiliki panjang total melebihi 21.000 kilometer, dengan Gansu menyumbang hampir seperlima dari keseluruhan panjang struktur ikonik tersebut.

Dengan menggunakan teks kuno, investigasi di lapangan, dan teknologi digital, tim teknis dari Silk Road Infoport Co., Ltd. berhasil merestorasi tiga benteng militer penting di sepanjang Tembok Besar bagian Gansu, kata Wang Yuou, manajer proyek rekonstruksi digital cerdas perusahaan itu.

Banner
Kacamata realitas virtual
Foto dari udara yang diabadikan pada 13 Januari 2023 ini menunjukkan pemandangan musim dingin di Tembok Besar China bagian Jinshanling di wilayah Luanping, Provinsi Hebei, China utara. Dengan pergantian empat musim, Tembok Besar China bagian Jinshanling memancarkan warna yang berbeda-beda dan menunjukkan keindahan yang menakjubkan. (Xinhua/Zhou Wanping)

Teknologi-teknologi mutakhir, termasuk pemosisian satelit BeiDou berpresisi tinggi dan drone, dikerahkan dalam investigasi lapangan untuk menciptakan kembali peninggalan bersejarah secara autentik, jelas Wang.

Meluas hingga ke luar wilayah Tembok Besar, tim tersebut menerapkan keahlian digital mereka untuk merestorasi reruntuhan Nanzuo, sebuah situs arkeologi penting yang memberikan informasi mengenai peradaban awal China.

Istana utama di situs Nanzuo, yang meliputi area dalam ruangan seluas 630 meter persegi dan berusia sekitar 5.000 tahun, dianggap oleh komunitas arkeologi sebagai struktur dalam ruangan tunggal terbesar pada masanya di China.

Para ahli mengumpulkan, menganalisis, dan mengodekan informasi, seperti dokumen, gambar, dan video yang berhubungan dengan reruntuhan Nanzuo. Basis data informasi parameter multidimensi membantu mendapatkan presentasi panorama untuk restorasi warisan budaya tersebut.

“Teknologi digital dapat membantu kami membangun model untuk istana kuno dan mewujudkannya,” ungkapnya.

Ke depannya, tim Wang bercita-cita untuk merekam seluruh siklus kehidupan artefak digital tersebut. “Dengan mengintegrasikan berbagai parameter informasi seperti konteks sejarah dan detail spasial, ditambah dengan dukungan algoritma cerdas, kami ingin menciptakan kembali peninggalan tersebut secara akurat dalam periode yang berbeda,” ujarnya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan