Kabinet keamanan Israel menyetujui gencatan senjata dengan Hizbullah berdasarkan suara mayoritas 10 berbanding satu, dengan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang berhaluan sayap kanan ekstrem memberikan satu-satunya suara tidak setuju.
Yerusalem/Beirut, Wilayah Palestina yang diduduki/Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Kabinet keamanan Israel pada Selasa (26/11) malam waktu setempat menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah, demikian disampaikan Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.
Saluran televisi milik pemerintah Israel, Kan TV News, melaporkan bahwa gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis itu diperkirakan akan mulai berlaku pada Rabu (27/11) pukul 04.00 waktu setempat (pukul 09.00 WIB) di Israel dan Lebanon.
Kabinet keamanan menyetujui gencatan senjata berdasarkan suara mayoritas 10 berbanding satu, dengan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang berhaluan sayap kanan ekstrem memberikan satu-satunya suara tidak setuju.
“Israel mengapresiasi kontribusi Amerika Serikat terhadap proses itu dan berhak untuk bertindak melawan ancaman apa pun terhadap keamanannya,” papar pernyataan tersebut.
Sebelumnya pada hari yang sama, dalam sebuah rekaman video pidato Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengaitkan keputusan gencatan senjata tersebut dengan tiga alasan, yaitu peralihan fokus ke ancaman dari Iran, kebutuhan akan penyegaran pasukan dan penambahan persenjataan, serta isolasi Hamas di Jalur Gaza.
“Dengan ketidakterlibatan Hizbullah, Hamas kini berdiri sendiri dalam aksi ini. Tekanan kami terhadap mereka akan meningkat, dan ini akan membantu dalam mencapai tujuan untuk membebaskan para sandera kami,” kata Netanyahu.
PM itu juga menegaskan kembali tekadnya untuk “melakukan apa pun demi mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.”
Tak lama setelah persetujuan tersebut, Biden menyampaikan pidato di Gedung Putih, mengatakan dirinya telah berbicara dengan Netanyahu dan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.
Presiden AS itu mengatakan Israel akan menarik pasukannya secara bertahap selama 60 hari. Sementara itu, tentara Lebanon dan pasukan keamanan negara akan mengambil alih wilayah mereka yang berbatasan dengan Israel, sembari memastikan bahwa Hizbullah tidak akan berkumpul kembali di sana.
“Warga sipil di kedua belah pihak akan dapat segera kembali dengan aman ke komunitas mereka,” tuturnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Dewan Menteri Lebanon, Mikati menyambut baik keputusan gencatan senjata tersebut, mengatakan hal itu merupakan “langkah fundamental untuk menciptakan ketenangan dan stabilitas di Lebanon serta memulangkan para pengungsi ke rumah dan kota mereka.” Dia menambahkan bahwa keputusan tersebut juga “membantu terciptanya stabilitas regional.”
Mikati menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk mengimplementasikan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1701, memperkuat kehadiran tentara di selatan, dan bekerja sama dengan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL).
“Saya juga menuntut musuh, Israel, untuk sepenuhnya berkomitmen terhadap keputusan gencatan senjata, menarik diri dari semua wilayah dan tempat yang didudukinya, dan sepenuhnya mematuhi Resolusi PBB 1701,” katanya.
Sementara itu, serangan udara terus berlanjut dari kedua arah antara Israel dan Hizbullah beberapa jam sebelum gencatan senjata mulai berlaku. Sedikitnya 41 orang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka pada Selasa dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan dan timur, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon.
Israel juga menggempur pusat kota Beirut pada Selasa, menargetkan beberapa kawasan permukiman dan menyebabkan kepanikan yang meluas di antara para penduduk, menyusul perintah evakuasi pertama Israel yang dikeluarkan untuk daerah tersebut, ungkap sejumlah sumber setempat dan pejabat Israel.
Di Israel, sirene pertahanan udara terdengar berbunyi pada Selasa malam di beberapa wilayah utara dan tengah.
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan sirene diaktifkan setelah peluncuran tiga proyektil dari Lebanon, yang berhasil dicegat oleh Angkatan Udara Israel. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Laporan: Redaksi