Banner

Jenis bakteri usus yang baru ditemukan, disebut berperan sebagai pemicu potensial untuk kolitis ulseratif, membuka jalan bagi pendekatan pengobatan baru bagi penderita radang usus besar.

 

Nanjing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Tim peneliti dari Universitas Nanjing, China, baru-baru ini menemukan jenis bakteri usus baru yang berperan sebagai pemicu potensial untuk kolitis ulseratif, membuka jalan bagi pendekatan pengobatan baru. Temuan ini telah dipublikasikan pada Jumat (21/11) di jurnal Science.

Kolitis ulseratif atau radang usus besar ditandai dengan gejala nyeri perut kronis, diare, dan tinja berdarah serta bernanah. Menurut Zhu Minsheng, seorang profesor di Universitas Nanjing, pengobatan yang ada saat ini hanya meredakan gejala peradangan, bukan memberikan penyembuhan, karena belum ada penjelasan yang jelas mengenai mekanisme patogenik penyakit tersebut. Beberapa kasus parah bahkan memerlukan prosedur bedah pemotongan usus atau kolektomi, yang disertai dengan efek samping yang signifikan dan tingkat kekambuhan yang tinggi.

Tim tersebut menemukan aerolysin dalam kultur bakteri feses dari pasien kolitis ulseratif dan mengisolasi patogen yang bertanggung jawab atas produksi bakteri tersebut. Pengurutan genom lengkap dan uji fisiologis-biokimia mengidentifikasi galur-galur bakteri itu sebagai subspesies Aeromonas baru, yang diberi nama MTB.

Dalam kelompok pasien yang terdiri dari 79 pasien China, lebih dari 70 persen di antaranya dinyatakan positif terinfeksi MTB dalam sampel tinja mereka. “Berbeda dengan spesies Aeromonas lainnya, MTB memiliki kemampuan kolonisasi usus yang kuat,” kata Jiang Zhihui, penulis utama dalam penelitian tersebut.

Banner

“Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau kerusakan usus dapat memicu kolonisasi MTB, dan kehadiran yang persisten dari bakteri ini di usus berkontribusi pada tingginya tingkat kekambuhan kolitis ulseratif,” tambah Jiang.

Zhu mengungkapkan bahwa timnya telah menyiapkan antibodi penetral anti-aerolysin, yang telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada model tikus.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan