Inflasi di belanda naik sebagian besar disebabkan oleh perkembangan harga energi seperti listrik, gas, dan sistem pemanasan distrik. Pada Juli, harga energi melonjak 108 persen dibanding harga di bulan yang sama pada 2021.
Jakarta (Indonesia Window) – Inflasi di Belanda naik menjadi 10,3 persen pada Juli 2022, menembus angka 10 persen untuk kali pertama sejak September 1975, demikian diumumkan oleh Biro Statistik Pusat (Central Bureau of Statistics/CBS) Belanda pada Kamis (4/8).
Peningkatan inflasi itu sebagian besar disebabkan oleh perkembangan harga energi seperti listrik, gas, dan sistem pemanasan distrik. Pada Juli, harga energi melonjak 108 persen dibanding harga di bulan yang sama pada 2021.
Sementara itu, harga pangan 12,3 persen lebih mahal dibandingkan dengan harga di bulan yang sama tahun lalu, dan kenaikan 11,2 persen dibandingkan harga pada Juni lalu. Produk sereal, produk susu, serta gula dan makanan manis termasuk es krim, memberi kontribusi terbesar terhadap perkembangan ini.
Kepala Ekonom CBS Peter Hein van Mulligen mengatakan bahwa kenaikan harga pangan kali ini merupakan yang terbesar dalam puluhan tahun. Produk-produk minyak masak seperti minyak bunga matahari, dengan kenaikan harga lebih dari 60 persen, masuk dalam daftar kontributor utama.
Harga sewa rumah juga mendorong kenaikan inflasi. Menurut data pendahuluan, harga sewa rumah menjadi 3 persen lebih tinggi pada Juli 2022 dibanding setahun sebelumnya.
Di sisi lain, harga bahan bakar kendaraan bermotor pada Juli naik 25 persen dibanding harga di bulan yang sama pada 2021, sedangkan pada Juni 2022 kenaikan harga tahunan tercatat 35 persen.
“Inflasi tinggi yang terjadi saat ini tak diragukan lagi akan membawa konsekuensi serius bagi daya beli kita,” sebut Van Mulligen.
Namun, “inflasi sebesar 10 persen tidak secara otomatis berarti daya beli juga turun 10 persen. Upah yang lebih tinggi, pemangkasan pajak, dan bantuan pendapatan menjadikan penurunan daya beli tidak terlalu terasa,” imbuhnya.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi