Industri maskapai penerbangan global pada 2025 memperkirakan sedikit peningkatan profitabilitas di tengah banyaknya tantangan biaya dan rantai pasokan yang sedang dihadapi.
Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Industri maskapai penerbangan global pada 2025 memperkirakan sedikit peningkatan profitabilitas di tengah banyaknya tantangan biaya dan rantai pasokan yang sedang dihadapi, kata Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA) pada Selasa (10/12), menyoroti beberapa hal positif seperti harga minyak yang lebih rendah dan konektivitas yang meningkat.
Laba bersih diprediksi mencapai 36,6 miliar dolar AS pada 2025 dengan margin laba bersih 3,6 persen, sedikit meningkat dari laba bersih 31,5 miliar dolar AS (margin laba bersih 3,3 persen) pada 2024, ungkap IATA dalam sebuah pernyataan.
Laba bersih rata-rata per penumpang diperkirakan menjadi 7,0 dolar AS pada 2025, naik dari 6,4 dolar AS pada 2024, sebut IATA, seraya menambahkan bahwa laba operasional industri maskapai diperkirakan mencapai 67,5 miliar dolar AS pada 2025, dengan margin operasional bersih sebesar 6,7 persen.
Total pendapatan industri diperkirakan mencapai 1,007 triliun dolar AS, naik 4,4 persen dari total pendapatan 2024, dengan jumlah pengeluaran diperkirakan tumbuh 4,0 persen menjadi 940 miliar dolar AS. IATA menyebutkan bahwa ini akan menjadi kali pertama pendapatan industri menyentuh angka 1 triliun dolar AS.
Menurut pernyataan tersebut, jumlah penumpang diperkirakan akan mencapai 5,2 miliar pada 2025, meningkat 6,7 persen dibandingkan dengan 2024, menandai pertama kalinya volume penumpang melebihi ambang batas 5 miliar. Sementara itu, volume kargo diperkirakan akan mencapai 72,5 juta ton, meningkat 5,8 persen dari volume kargo 2024.
Mengacu pada beberapa hambatan dalam profitabilitas industri, yaitu banyaknya tantangan rantai pasokan yang terus-menerus, kekurangan infrastruktur, peraturan yang memberatkan, dan beban pajak yang meningkat, Direktur Jenderal IATA Willie Walsh menjelaskan beberapa faktor positif yang dapat membantu mengurangi tantangan tersebut, termasuk harga minyak yang lebih rendah, pengendalian biaya yang ketat, investasi dalam dekarbonisasi, dan pemulihan ekonomi pascapandemi.
IATA juga menyoroti manfaat luas dari konektivitas yang berkembang. Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa lapangan kerja maskapai penerbangan akan naik menjadi 3,3 juta pada 2025. Maskapai penerbangan merupakan inti dari rantai nilai penerbangan global yang mempekerjakan 86,5 juta orang dan menghasilkan 4,1 triliun dolar AS dalam bentuk dampak ekonomi.
“Pada 2025, untuk kali pertama, jumlah pelancong akan tembus 5 miliar orang dan jumlah penerbangan akan mencapai 40 juta. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa konektivitas penerbangan akan menciptakan dan mendukung berbagai lapangan pekerjaan di seluruh perekonomian global,” tutur Walsh.
*1 dolar AS = 15.874 rupiah
Laporan: Redaksi