Banner

Mengunjungi pabrik tua yang disulap jadi objek wisata populer di China tengah

Foto yang diabadikan pada 2 Agustus 2023 ini menunjukkan pemandangan Taman Budaya Huaxin 1907 di Huangshi, Provinsi Hubei, China tengah. (Xinhua/Taman Budaya Huaxin 1907)

Huaxin 1907 menjadi contoh menarik sebagai sebuah opsi populer bagi pengembang urban yang sedang mencari cara inovatif untuk merevitalisasi basis industri mereka.

 

Wuhan, China (Xinhua) – Sebuah pabrik tua di Provinsi Hubei, China tengah, masuk dalam daftar destinasi wisata yang wajib dikunjungi berdasarkan rekomendasi para pemandu wisata lokal setelah mengalami transformasi luar biasa.

Huaxin 1907, sebuah pabrik semen yang diubah menjadi taman budaya di Kota Huangshi, hanya berjarak 90 menit berkendara dari Wuhan, ibu kota provinsi tersebut. Taman itu kini memiliki berbagai daya tarik wisata seperti museum, kafe, toko buku, dan hotel, yang semuanya berada di dalam gudang dan tanur sembur (blast furnace) di pabrik tua ini.

Saat malam tiba, kompleks besar itu berubah menjadi pasar malam yang ramai, dipenuhi warga setempat yang membeli beragam barang, menikmati makanan ringan yang lezat, dan berjalan-jalan santai.

Liu Min tidak sabar ingin mengunjungi bekas situs industri tersebut bersama orangtua dan anak-anaknya musim panas ini. Liu, yang dibesarkan di kota itu namun kini bekerja di Wuhan, mengenang memori masa kecilnya tentang tempat ini yang dipenuhi dengan suara mesin menderu dan kepulan asap dari cerobong asap.

Huaxin, yang didirikan pada 1907, merupakan salah satu pabrik semen pertama di era China modern. Para pengunjung saat ini masih dapat melihat dua lini produksi yang diimpor dari Amerika Serikat pada 1946, dan satu peralatan perakitan yang dirancang dan dikembangkan secara mandiri pada 1977. Instalasi-instalasi luar biasa ini membuat tempat itu dijuluki sebagai “tempat kelahiran industri semen China”.

Selama masa kejayaannya, pabrik itu berfungsi sebagai sebuah kompleks tempat tinggal dan produksi besar yang mencakup sejumlah area permukiman. Di dalam area tersebut, terdapat sejumlah fasilitas penting seperti rumah sakit, sekolah dasar, dan kompleks apartemen.

Pabrik itu ditutup oleh pemerintah kota pada 2007 akibat masalah polusi udara dan penutupan tersebut membuat area permukiman di sekitarnya ikut hancur. Namun, alih-alih dibongkar, pabrik itu justru didaftarkan sebagai warisan industri nasional pada 2019.

Menyadari potensi dari ruang ekspansif dan biaya sewanya yang terjangkau, sejumlah investor pada 2021 mulai mengubahnya menjadi sebuah distrik yang dinamis dengan sejumlah taman, museum, galeri seni, dan inkubator perusahaan rintisan (startup), dengan tujuan membentuk nilai baru dan memperkaya komunitas di sekitarnya.

Sejak saat itu, tempat tersebut mencatat arus kedatangan masyarakat yang ingin berbisnis. Sejumlah perusahaan juga datang untuk menggelar berbagai pertemuan dan kegiatan. Generasi muda pun telah mengetahui keberadaan tempat itu, menciptakan suasana yang hidup dan penuh semangat di peninggalan industri tersebut.

Pabrik itu diliput oleh media secara besar-besaran karena sukses menarik 50.000 pengunjung di saat liburan Hari Buruh (May Day) yang berlangsung selama lima hari tahun lalu.

“Kombinasi antara budaya industri dan ketertarikan generasi muda membuat transisi rendah karbon dari pabrik tersebut berhasil,” kata Sun Jialin, seorang influencer media sosial lokal.

Huaxin 1907 menjadi contoh menarik sebagai sebuah opsi populer bagi pengembang urban yang sedang mencari cara inovatif untuk merevitalisasi basis industri mereka. Semakin banyak pabrik di seluruh provinsi itu mengubah situs industri mereka untuk memanfaatkan berbagai peluang baru dan menghasilkan keuntungan.

Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, para investor harus menggali kisah-kisah unik di balik tempat itu guna membuatnya berbeda dari yang lain.

Pabrik semen tua itu memiliki tempat khusus di hati warga Huangshi, ujar Huang Jing, manajer operasional taman Huaxin 1907.

Perusahaannya berencana meluncurkan beberapa barang imersif, sehingga pengunjung bisa mengenakan pakaian pekerja kerah biru, menonton film, dan bahkan mandi di asrama pabrik tersebut, menciptakan kembali suasana hiruk pikuk 50 tahun lalu ketika ratusan pekerja memadati lini perakitan itu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan