Awal Agustus mencatat rekor pengurangan produksi OPEC+sejak pandemik COVID-19 terjadi pada 2020.
Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Senin saat investor bersiap jelang pertemuan para pejabat OPEC+ pekan ini bersama produsen utama lainnya mengenai penyesuaian pasokan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 63 sen atau 0,6 persen jelang OPEC+, menjadi diperdagangkan di 103,34 dolar AS per barel pada 00.00 GMT.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 75 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 97,87 dolar AS per barel, setelah mencapai terendah sesi 97,55 dolar AS ketika perdagangan dimulai di Asia.
Kedua kontrak rebound lebih dari dua dolar AS per barel pada Jumat (29/7) karena selera risiko meningkat di kalangan investor. Namun, baik Brent maupun WTI mengakhiri Juli dengan kerugian bulanan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020, karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi akan mengikis permintaan bahan bakar.
Analis ANZ mengatakan penjualan bahan bakar untuk pengemudi di Inggris berkurang, sementara permintaan bensin tetap di bawah rata-rata lima tahun untuk tahun ini.
Bercermin pada hal tersebut, para analis dalam jajak pendapat Reuters mengurangi untuk pertama kalinya sejak April perkiraan mereka untuk rata-rata harga Brent 2022 menjadi 105,75 dolar AS per barel, dan menjadi 101,28 dolar AS untuk WTI.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada Rabu, 3 Agustus 2022) untuk memutuskan produksi di bulan September.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus, sementara sisanya mengatakan produksi kemungkinan akan tetap stabil.
Pertemuan itu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan lalu.
“Sementara kunjungan Presiden Biden ke Arab Saudi tidak menghasilkan pengiriman minyak langsung, kami percaya bahwa Kerajaan akan membalas dengan terus meningkatkan produksi secara bertahap,” kata analis RBC Capital Helima Croft dalam sebuah catatan.
Awal Agustus mencatat rekor pengurangan produksi OPEC+sejak pandemik COVID-19 terjadi pada 2020.
Sekjen baru OPEC+ Haitham al-Ghais Ahad (31/7) menegaskan bahwa keanggotaan Rusia di OPEC+ sangat penting untuk keberhasilan perjanjian, menurut surat kabar Kuwait Alrai.
Sementara itu, produksi minyak AS terus meningkat karena jumlah rig naik sebanyak 11 pada Juli, meningkat untuk rekor 23 bulan berturut-turut, tunjuk data dari Baker Hughes.
Laporan: Redaksi