OPEC diperkirakan akan bertemu pekan depan untuk membahas strategi produksi di masa depan.
Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak menguat lebih dari dua dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (29/7) atau Sabtu pagi WIB, ketika perhatian pasar beralih ke pertemuan OPEC+ pekan depan dan meredupnya harapan bahwa kelompok produsen ini akan segera meningkatkan pasokan.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September, bertambah 2,2 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap di 98,62 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,87 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi ditutup pada 110,01 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Di pekan ini, standar minyak mentah AS dan Brent masing-masing melonjak 4,1 persen dan 6,6 persen, berdasarkan kontrak bulan depan. Namun, kedua kontrak mencatat kerugian bulanan kedua, dengan Brent turun sekitar 4,0 persen untuk Juli dan WTI hampir 7,0 lebih rendah.
Pedagang mengalihkan pandangan mereka ke Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, karena kelompok itu diperkirakan akan bertemu pekan depan untuk membahas strategi produksi di masa depan.
Sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu akan mempertimbangkan untuk menjaga produksi minyak tidak berubah untuk September. Peningkatan moderat juga akan dibahas.
Keputusan untuk tidak menaikkan produksi akan mengecewakan Amerika Serikat setelah Presiden Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan ini dengan harapan ada kesepakatan untuk meningkatkan produksi.
Harga minyak memangkas beberapa kenaikan setelah rilis data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes menunjukkan bahwa pengebor AS menambah rig minyak mentah untuk rekor 23 bulan berturut-turut, menunjukkan lebih banyak pasokan di masa mendatang.
Pada Juli, jumlah rig minyak naik 11, meningkat untuk rekor 23 bulan berturut-turut, sementara jumlah gas tidak berubah setelah naik selama 10 bulan berturut-turut, sebut data Baker Hughes.
Pasar saham yang lebih kuat juga mendukung minyak, seperti halnya dolar yang lebih lemah, yang membuat minyak lebih murah untuk pembeli dengan mata uang lain.
“Akhir-akhir ini, ada banyak pengaruh makro di pasar minyak dengan pasar saham membuat rebound yang bagus dan penurunan serupa dalam dolar yang mempengaruhi (harga hari ini),” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
Laporan: Redaksi