OPEC+ juga memangkas proyeksi surplus pasar minyak 2022 menjadi 1 juta barel per hari (bph), turun dari 1,4 juta barel per hari sebelumnya.
Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik sekitar dua dolar per barel pada akhir perdagangan Senin (27/6/2022) atau Selasa pagi WIB, di tengah prospek pasokan yang lebih ketat yang membayangi pasar karena negara-negara Kelompok Tujuh (G7) berjanji memperketat tekanan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin sambil benar-benar menurunkan harga energi.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus menetap 1,97 dolar AS atau 1,7 persen lebih tinggi, menjadi 115,09 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,95 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi ditutup di 109,57 dolar AS per barel.
Di tengah harga minyak yang naik ini, kelompok negara kaya G7 bertekad untuk mendukung Ukraina ‘selama yang dibutuhkan’, mengusulkan untuk membatasi harga minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi baru guna memukul keuangan Moskow.
“Saya pikir jika mereka menerapkan batasan harga pada penjualan dan pembelian minyak Rusia, sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana ini akan diterapkan, terutama ketika China dan India telah menjadi pelanggan terbesar Rusia,” kata Konsultan Minyak Andrew Lipow yang berbasis di Houston.
Sementara itu, analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mencatat bahwa “tidak ada yang menghentikan Rusia dari melarang ekspor minyak dan produk olahan ke negara-negara G7 sebagai tanggapan atas pembatasan harga, memperburuk kondisi kekurangan di pasar minyak global dan produk olahan.”
Komunitas internasional harus mengeksplorasi semua opsi untuk mengurangi pasokan energi yang terbatas, termasuk pembicaraan dengan negara-negara produsen seperti Iran dan Venezuela, kata seorang pejabat kepresidenan Prancis. Ekspor minyak kedua anggota OPEC itu telah dibatasi oleh sanksi AS.
Kedua patokan minyak mentah ditutup melemah untuk pekan kedua berturut-turut pada Jumat (24/6) karena kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama memperkuat dolar dan semakin meningkatkan kekhawatiran resesi global.
Kekhawatiran resesi dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut telah menyebabkan volatilitas dan penghindaran risiko di pasar berjangka, dengan beberapa investor dan pedagang energi mengurangi pembelian, sementara harga minyak mentah tetap kuat karena permintaan tinggi dan krisis pasokan.
Untuk saat ini, tekanan kekhawatiran pasokan melebihi kekhawatiran pertumbuhan.
Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, mungkin akan tetap berpegang pada rencana untuk mempercepat peningkatan produksi minyak pada Agustus ketika mereka bertemu pada Kamis (30/6), kata sebuah sumber.
Kelompok produsen juga memangkas proyeksi surplus pasar minyak 2022 menjadi 1 juta barel per hari (bph), turun dari 1,4 juta barel per hari sebelumnya, menurut sebuah laporan yang dilihat oleh Reuters.
Anggota OPEC Libya mengatakan pada Senin (27/6) bahwa mereka mungkin harus menghentikan ekspor di daerah Teluk Sirte dalam waktu 72 jam di tengah kerusuhan yang telah membatasi produksi.
Menambah pengetatan pasokan, Ekuador juga mengatakan dapat menghentikan produksi minyak sepenuhnya dalam waktu 48 jam di tengah protes anti-pemerintah di mana sedikitnya enam orang tewas.
Para pedagang juga menunggu berita tentang kapan persediaan minyak pemerintah AS yang menggerakkan pasar dan data lainnya akan diterbitkan setelah tidak dirilis pekan lalu karena masalah server.
Persediaan minyak mentah, sulingan dan bensin AS kemungkinan turun pekan lalu, menurut jajak pendapat awal Reuters pada Senin (27/6).
Laporan: Redaksi