Para pelaku UMKM yang sebagian dari mereka adalah para peserta acara Muslim LifeFair (Pameran Business to Consumer Industri Islami di Indonesia) ini harus dibantu agar mereka tidak lagi menjadi pengusaha musiman.
Jakarta (Indonesia Window) – Kaum Muslimin Indonesia diharapkan tidak selalu menjadi pengusaha musiman saat bulan Ramadan, ungkap Achmad Iqbal, Kepala Divisi Kemitraan & Percepatan Bisnis Syariah pada Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, di Jakarta Jumat (17/3).
“Masyarakat kita kalau mau buka puasa pada bulan Ramadan biasanya cari toko yang terdekat dari rumah mereka untuk membeli makanan dan minuman dari para pelaku usaha yang sebagian besar adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),” kata Achmad Iqbal pada acara Muslim LifeFair yang berlangsung pada 17-19 Maret, 2023.
Menurut Achmad, para pelaku UMKM yang sebagian dari mereka adalah para peserta acara Muslim LifeFair (Pameran Business to Consumer Industri Islami di Indonesia) ini harus dibantu agar mereka tidak lagi menjadi pengusaha musiman.
Achmad menjelaskan, secara umum ada empat aspek yang menjadi masalah pelaku UMKM di Indonesia, yaitu masalah akses pasar, penguatan kualitas dan dan kuantitas produk dan kontinuitas produksi, legalitas dan pembiayaan.
Tapi memang tidak mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, karenanya harus ada kerja sama bagi semua pihak, katanya seraya menambahkan, pemerintah tidak bisa kerja sendiri tapi harus bergabung dengan pelaku usaha besar, menengah, kecil dan mikro serta para pembina, pendamping dan perguruan tinggi.
“Untuk membantu mereka, kita harus bersinergi dan berkolaborasi pada beberapa hal, yaitu antara lain kita harus menguatkan dari sisi sinergi penguatan kapasitas pelaku UMKM melalui pelatihan dan pendampingan,” tuturnya.
“Kemudian harus ada sinergi dari sisi inklusi pembiayaan. Bagaimana kita membantu para pelaku UMKM dengan melakukan pendampingan dan mencarikan mitra kerja sama pembiayaan,” katanya.
Menurut Achmad, sudah ada beberapa lembaga keuangan syariah yang melakukan penandatangan nota kesepahaman dengan pelaku UMKM pada Jumat (Maret 17) di sela-sela acara Muslim LifeFair.
“Kita juga harus bersinergi dari sisi pemasaran, digitalisasi, termasuk sinergi kemitraan. Dan saat ini tinggal bagaimana mengoptimalkan pelayan digitalisasi,” katanya.
Dia mengungkapkan, Knakes bersama beberapa kementerian dan lembagasudah melakukan beberapa inisiatif dari sisi pembiayaan dan pemasaran.
“Saat ini kita sudah mendorong super funding syariah, di mana pelaku UMKM berkesempatan menerbitkan saham dan sukuk. Para investor juga sudah mulai tertarik dengan usaha-usaha kecil dan menengah,” dia menambahkan.
Saat ini saja, per 2022, sudah ada 91 UMKM yang menerbitkan saham dan sukuk dengan nilai sekitar 185,69 miliar rupiah, ungkap Achmad.
Laporan: Redaksi