Banner

IMF: Ekonomi GCC tunjukkan ketangguhan di tengah konflik regional

Foto yang diabadikan pada 17 Oktober 2024 ini menunjukkan pemandangan salah satu sudut kota di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). (Xinhua/Duan Minfu)

Ekonomi Timur Tengah dapat menghadapi periode pemulihan yang panjang, dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita mengalami penurunan sebesar 10 persen bahkan sepuluh tahun pascakonflik.

 

Dubai, Uni Emirat Arab (Xinhua/Indonesia Window) – Ekonomi-ekonomi Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) telah menunjukkan ketangguhan di tengah sejumlah konflik regional, yang hanya membawa dampak kecil terhadap stabilitas ekonomi mereka, kata Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada Kamis (31/10).

Dalam konferensi pers untuk peluncuran laporan IMF berjudul ‘Regional Economic Outlook: Middle East and Central Asia’, Jihad Azour, direktur IMF untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, mengatakan bahwa meskipun konflik regional memunculkan risiko, kerangka ekonomi solid GCC berhasil menahan dampaknya secara efektif.

Dengan meningkatnya eskalasi konflik Israel-Hamas baru-baru ini dan implikasi regionalnya yang lebih luas, IMF mengamati bahwa kenaikan harga minyak yang dihasilkan secara tidak langsung menguntungkan negara-negara penghasil minyak GCC.

Selain itu, diversifikasi ekonomi dan dana kekayaan negara yang substansial telah melindungi ekonomi-ekonomi ini dari berbagai dampak langsung konflik, menurut Azour.

Banner

Mengenai dampak yang lebih luas dari konflik tersebut, Azour menekankan bahwa ekonomi Timur Tengah dapat menghadapi periode pemulihan yang panjang, dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita mengalami penurunan sebesar 10 persen bahkan sepuluh tahun pascakonflik.

Laporan IMF itu juga menyoroti dedikasi ekonomi-ekonomi GCC terhadap reformasi ekonomi. Menurut laporan tersebut, pertumbuhan sektor nonminyak yang berada di lingkup GCC diperkirakan akan tetap kuat, mencapai 3,7 persen pada 2024 dan 4 persen pada 2025.

Tingkat inflasi GCC diproyeksikan akan tetap stabil di kisaran 2 persen hingga 2025. Namun, dengan penurunan yang diperkirakan terjadi dalam produksi dan harga minyak, IMF mengantisipasi penurunan pada surplus neraca transaksi berjalan GCC dari 6,1 persen dari PDB pada 2024 menjadi sekitar 2,5 persen dalam jangka menengah, yang berarti penurunan sebesar lebih dari 63 miliar dolar AS.

*1 dolar AS = 15.705 rupiah

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan