Jakarta (Indonesia Window) – Saat pandemik COVID-19 memasuki tahun ketiga, sejumlah penelitian baru menunjukkan bahwa sekitar sepertiga anak-anak di Amerika Serikat yang duduk di kelas-kelas paling rendah tidak mencapai tolok ukur membaca standar, demikian dilaporkan New York Times.

Angka tersebut naik secara signifikan dibandingkan sebelum pandemik, menurut laporan surat kabar itu pada Selasa (8/3).

“Anak-anak di setiap kelompok demografis telah terdampak, tetapi anak-anak kulit hitam dan Hispanik, serta mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, penyandang disabilitas, dan yang tidak fasih berbahasa Inggris paling jauh tertinggal,” papar surat kabar itu.

Di Virginia, keterampilan membaca pada usia dini berada pada titik terendah dalam 20 tahun terakhir pada musim gugur ini.

Di wilayah Boston, 60 persen siswa di beberapa sekolah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi telah teridentifikasi sangat berisiko mengalami masalah membaca. Angka itu dua kali lipat dari jumlah sebelum pandemik, menurut laporan tersebut.

“Krisis literasi tersebut tidak dimulai seiring pandemik. Pada 2019, hasil ujian nasional dan internasional menunjukkan performa membaca warga Amerika tercatat stagnan atau menurun, dan kesenjangan antara performa membaca tinggi dan rendah semakin lebar,” menurut artikel itu, yang bertajuk “Mengkhawatirkan: Anak-Anak Sangat Tertinggal dalam Membaca”.

Penyebabnya beragam, tetapi banyak ahli menunjuk pada kurangnya tenaga pendidik yang terlatih dalam pemahaman fonik dan fonemik, yakni keterampilan dasar untuk mengaitkan suara bahasa Inggris lisan dengan huruf yang muncul di halaman.

“Pandemik telah memperburuk masalah itu,” sebut artikel tersebut.

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan