Dermaga terapung yang dibangun oleh Amerika Serikat ditujukan untuk melengkapi penyeberangan bantuan darat yang ada saat ini ke Gaza, termasuk Rafah, Kerem Shalom, dan Erez, namun fasilitas ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan penyeberangan apa pun.
PBB (Xinhua) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setuju untuk mendukung penanganan bantuan dari dermaga terapung yang dibangun oleh Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Gaza, kata seorang juru bicara pada Jumat (17/5).
Setelah berdiskusi selama berbulan-bulan dengan semua otoritas terkait, PBB setuju untuk memberikan dukungan dalam menerima dan mengatur pengiriman bantuan ke Gaza dari dermaga, selama mereka menghormati netralitas dan independensi operasi kemanusiaan, kata Farhan Haq, wakil juru bicara untuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
“Mengingat besarnya kebutuhan di Gaza, dermaga terapung ini ditujukan untuk melengkapi penyeberangan bantuan darat yang ada saat ini ke Gaza, termasuk Rafah, Kerem Shalom, dan Erez. Dermaga apung ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan penyeberangan apa pun,” katanya menegaskan.
Sebuah klaster logistik yang dikelola oleh Program Pangan Dunia akan menangani logistik atas nama PBB, berbagai lembaganya, dan komunitas kemanusiaan, kata Haq, seraya menambahkan bahwa klaster tersebut akan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan yang datang dari dermaga apung tersebut.
Pada Jumat, truk pertama yang membawa bantuan kemanusiaan dibawa ke daratan dari dermaga terapung di Gaza. Ini adalah upaya multinasional yang berkelanjutan untuk memberikan bantuan tambahan kepada warga Palestina di Gaza melalui koridor maritim yang sepenuhnya bersifat kemanusiaan dan akan melibatkan komoditas bantuan yang disumbangkan oleh sejumlah negara dan organisasi kemanusiaan, ujarnya.
PBB menyambut baik segala upaya untuk memastikan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza. Oleh karena itu, badan dunia tersebut berterima kasih kepada AS serta Siprus, dengan dukungan negara-negara anggota lainnya, atas langkahnya mempertahankan koridor maritim sebagai jalur tambahan bantuan ke Gaza, kata juru bicara tersebut.
Di Gaza, lembaga-lembaga kemanusiaan PBB melaporkan bahwa hampir 640.000 orang telah mengungsi sejak dimulainya serangan militer Israel di Rafah pada 6 Mei. Banyak dari mereka yang melarikan diri mencari perlindungan di Deir al Balah, yang sangat padat penduduknya. Kondisi di sana sangat memprihatinkan, kata Haq.
Staf PBB yang bekerja untuk menyediakan makanan bagi masyarakat di Gaza melaporkan bahwa hanya lima toko roti yang masih beroperasi di seluruh Gaza, dan hampir selusin lainnya telah menghentikan operasional karena kekurangan bahan bakar dan pasokan di tengah pertempuran yang sedang berlangsung, katanya.
Kondisi ini telah memaksa para mitra untuk melakukan distribusi skala kecil dengan stok terbatas, memberlakukan pengurangan jatah dan memprioritaskan kegubernuran Khan Younis dan Deir al Balah, tempat ratusan ribu orang yang mengungsi dari Rafah telah tiba selama 10 hari terakhir, katanya.
Pengungsian yang terus terjadi dari Rafah ke Khan Younis telah memperburuk krisis air dan sanitasi, dengan luapan limbah dan limbah padat bersebaran di jalanan, kamp pengungsian, dan puing-puing rumah yang hancur. Kondisi tersebut berdampak buruk terhadap kesehatan orang-orang di sana, kata staf tersebut.
Staf PBB yang berupaya memastikan bahwa warga di Gaza memiliki tempat berlindung yang memadai mengatakan tidak ada sisa persediaan bahan-bahan untuk membangun tempat berlindung di Gaza. Sementara itu, staf PBB yang menangani respons kesehatan mengatakan pergerakan tim medis darurat di Gaza sangat terbatas karena meningkatnya ketidakamanan dan tantangan akses, katanya.
Haq mengatakan pasokan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sangat terbatas sejak 6 Mei, sementara kebutuhannya masih sangat besar.
Antara 6 hingga 15 Mei, hanya 33 truk pengangkut makanan yang memasuki Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom/Karem Abu Salem; 121 truk pengangkut makanan masuk melalui penyeberangan Erez; dan 156 truk yang membawa tepung dilaporkan tiba di Gaza utara melalui penyeberangan Zikim, katanya.
Haq mengatakan bahwa sejak dimulainya serangan ke Rafah, jumlah bahan bakar yang masuk ke Gaza sangatlah terbatas.
Laporan: Redaksi