PBB: Badan-badan kemanusiaan bantu warga pesisir Suriah pulih dari kekerasan

Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyuplai 38 ton pasokan kebutuhan pengolahan air ke otoritas penyediaan air Latakia, yang memenuhi kebutuhan lebih dari dua bulan.
PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para mitranya telah mengerahkan berbagai upaya bantuan untuk membantu warga di Kegubernuran Latakia, Suriah barat, pulih dari kekerasan baru-baru ini, demikian pernyataan badan kemanusiaan PBB pada Rabu (12/3).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan pemadaman listrik masih berlanjut di beberapa daerah, termasuk Latakia, ibu kota kegubernuran tersebut. Distribusi air juga terdampak oleh pemadaman listrik, terutama di daerah-daerah pedesaan.
Sekolah-sekolah di Latakia dan Tartous telah ditangguhkan. Toko-toko roti sudah beroperasi dan toko-toko mulai dibuka kembali, meski bahan pokok dan bahan bakar masih langka.
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyuplai 38 ton pasokan kebutuhan pengolahan air ke otoritas penyediaan air Latakia, yang memenuhi kebutuhan lebih dari dua bulan.

Badan ini juga menyediakan lima tangki air untuk Rumah Sakit Nasional Jableh di Latakia guna menggantikan tangki air yang rusak.
UNICEF dan para mitranya membantu menangani pemeliharaan generator Mata Air Al Sin di Tartous untuk memastikan pasokan air minum bagi penduduk.
Mitra-mitra kesehatan mengirimkan pasokan darurat, termasuk 64 peralatan bedah trauma dan darurat serta perawatan penyakit tidak menular ke Tartous dan Latakia.
Menurut OCHA, bantuan lintas perbatasan dari Turkiye ke Suriah barat laut terus berlanjut dengan 31 truk dari Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dan Badan Pengungsi PBB menyeberang ke Bab al-Hawa guna mengirim lebih dari 600 ton pasokan bantuan, termasuk makanan, perbaikan tempat penampungan, dan perlengkapan kebersihan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights/SOHR), yang berbasis di Inggris, melaporkan hampir 1.500 orang, termasuk lebih dari 1.000 warga sipil, tewas dalam eskalasi kekerasan di wilayah pesisir tersebut sejak pekan lalu.
Laporan: Redaksi