COVID-19 – Pemeriksaan di Arab Saudi mencapai 70 ribu orang per hari

Ilustrasi. Jumlah pengujian untuk mendeteksi COVID-19 di Arab Saudi mencapai 70.000 orang per hari. [Prasesh Shiwakoti (Lomash) on Unsplash]

Jakarta (Indonesia Window) – Jumlah pengujian untuk mendeteksi COVID-19 di Arab Saudi mencapai 70.000 orang per hari.

“Salah satu sebab pengujian kami adalah karena kami memiliki 21 pusat pemeriksaan yang dapat diakses dengan mobil. Seseorang dapat membuat janji lewat telepon dan pergi untuk menjalani tes,” ujar Menteri Kesehatan Arab Saudi Tawfiq Al-Rabiah dalam laporan Arab News.

Menurut dia, jumlah tes yang dilakukan dalam sehari bisa melebihi 70.000 orang.

“Jumlah tes yang tinggi membantu mengungkap individu yang terinfeksi pada tahap awal, yang membantu kami dalam pencegahan. Meskipun jumlah kasus kami tinggi, jumlah kematian rendah dibandingkan dengan total kasus, dan merupakan yang terendah di antara negara-negara G20,” tutur menteri.

Al-Rabiah mengatakan bahwa jumlah kasus positif COVID-19 menurun, dan 90 persen dari kasus yang tercatat telah pulih karena kepatuhan pada tindakan pencegahan.

Menteri memuji warga Saudi, termasuk para ekspatriat atas pengertian mereka, mengatakan hal ini dikarenakan kepatuhan semua orang mengenakan masker kesehatan dan berkomitmen lebih dari sebelumnya untuk menjaga keamanan.

“Sangat membantu saat sekolah ditutup, dan keputusan kementerian untuk melanjutkan pembelajaran jarak jauh membantu menjaga stabilitas,” katanya.

Awalnya, masyarakat harus menunggu lama karena padatnya ruang gawat darurat di rumah sakit, namun kini ada lebih dari 230 klinik Tettamman (pastikan) yang buka 16 atau bahkan 24 jam sehari untuk membantu siapa pun yang mengalami gejala COVID-19.

“Sekitar 15.000 orang mengunjungi klinik ini setiap hari. Kebanyakan dari mereka mengalami gejala yang ternyata tidak terkait dengan COVID-19. Dari 15.000, 10.000 diuji dan hanya 300 yang masuk rumah sakit,” kata Al-Rabiah.

Sebanyak 15.000 orang tersebut biasanya datang ke ruang gawat darurat setiap hari.

Ketika rumah sakit hanya menerima 300 pasien, kualitas layanan meningkat dan masyarakat dapat menerima perawatan lebih cepat, katanya.

“Pandemik ini telah menantang seluruh dunia. Di kerajaan, situasinya tidak pernah begitu mengerikan sehingga kami harus mulai memilih siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan mati seperti di beberapa negara, karena kurangnya ketersediaan perawatan kritis. Dalam tiga bulan terakhir, kami mampu meningkatkan kapasitas perawatan kritis hingga 50 persen dengan menambah 3.600 tempat tidur,” kata menteri kesehatan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan