Banner

Komentar Xinhua: “Pemasaran rasa takut” ala AS genjot belanja militer negara-negara anggota NATO

Foto yang diabadikan pada 14 Juni 2024 ini menunjukkan suasana Pertemuan Menteri Pertahanan NATO yang digelar di Brussel, Belgia. (Xinhua/Zhao Dingzhe)

Belanja pertahanan negara-negara anggota NATO di Eropa dan Kanada akan meningkat 18 persen pada tahun ini, menandai lonjakan terbesar dalam beberapa dekade.

 

Paris, Prancis (Xinhua) – Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat (AS), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini menyatakan bahwa belanja pertahanan negara-negara anggota NATO di Eropa dan Kanada akan meningkat 18 persen pada tahun ini, menandai lonjakan terbesar dalam beberapa dekade. Di antara 32 negara anggota NATO, 23 di antaranya telah menyentuh atau melampaui angka 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) masing-masing yang dialokasikan untuk belanja pertahanan. Peningkatan belanja pertahanan NATO yang signifikan ini sebagian didorong oleh AS yang secara gencar menjual “kecemasan keamanan” dan melakukan “pemasaran rasa takut” kepada negara-negara sekutunya.

Stoltenberg tidak berupaya menyembunyikan fakta itu, sembari menyatakan bahwa melonjaknya belanja pertahanan negara-negara sekutu tersebut “sebagian besar menguntungkan AS”, dan NATO telah menciptakan pasar untuk penjualan senjata.

Dengan menciptakan “musuh-musuh imajiner”, “menuang bensin ke dalam api”, dan memprovokasi konflik regional, AS memaksa negara-negara anggota NATO untuk menambah belanja militer mereka, yang membuat perusahaan-perusahaan pertahanan asal AS meraup profit yang luar biasa besar.

Tak lama setelah eskalasi krisis Ukraina, NATO, yang dipimpin oleh AS, menetapkan Rusia sebagai “ancaman langsung dan paling signifikan.” Atmosfer “ketakutan terhadap Rusia” yang diciptakan oleh AS telah menjerumuskan sekutu-sekutu di Eropa ke dalam kondisi cemas akan keamanan mereka, sehingga mendorong mereka meningkatkan persiapan militer.

Banner

Dalam dua tahun terakhir, dua pertiga dari pengadaan militer NATO dilakukan dengan perusahaan-perusahaan Amerika, yang totalnya mencapai nilai fantastis, yakni 140 miliar dolar AS. Dalam kunjungannya ke AS, Stoltenberg berkata, “NATO bagus untuk keamanan Amerika, serta bagus bagi industri dan lapangan kerja Amerika.”

Belanja pertahanan negara-negara anggota
Foto dokumentasi ini menunjukkan gedung markas besar NATO di Brussel, Belgia. (Xinhua/Zhao Dingzhe)

Selain meraup keuntungan ekonomi, AS juga menggunakan “pemasaran rasa takut” untuk menjadikan para sekutunya bergantung kepada keamanannya, sehingga memanipulasi mereka dalam hal strategi keamanan dan mempertahankan posisi dominannya di dunia Barat. Karena tidak mampu membendung gempuran “pemasaran rasa takut” yang diluncurkan Amerika, negara-negara yang biasanya bersikap netral, seperti Finlandia dan Swedia, memutuskan untuk bergabung dengan NATO. Dalam Pameran Pertahanan Internasional Eropa (European International Defense Exhibition) 2024 yang diselenggarakan di Prancis, AS menjadi ekshibitor terbesar selain Prancis, negara tuan rumah. Surat kabar Prancis “Figaro” berkomentar bahwa kuatnya kehadiran AS menjadikan pameran pertahanan itu sebagai simbol “ketergantungan Eropa terhadap dunia luar.”

“Pemasaran rasa takut” ala Amerika itu menyembunyikan strategi yang telah diperhitungkan dengan cermat untuk “menyakiti teman sambil menguntungkan diri sendiri”, yang berlawanan dengan kepentingan vital sekutunya. Negara-negara sekutu, yang berniat “menghabiskan uang untuk membeli keamanan” dan membantu menguras inventori perusahaan-perusahaan pertahanan Amerika, pada akhirnya mendapati diri mereka sendiri bertangan hampa dalam hal uang maupun keamanan. Ekspansi NATO ke Timur adalah contoh tipikalnya. Di bawah kepemimpinan AS, NATO, yang menetapkan Rusia sebagai “musuh imajiner”, terus berekspansi ke arah timur, mengakibatkan eskalasi krisis Ukraina dan memanasnya kembali konflik di benua Eropa. AS memanfaatkan situasi ini untuk menjual senjata ke sekutu-sekutunya di NATO, sehingga mengubah Eropa menjadi “tong mesiu” dan mendorongnya ke ambang bahaya.

Wakil Direktur Yayasan Penelitian Strategis Prancis (French Foundation for Strategic Research) Bruno Tertrais menyampaikan di hadapan Komite Pertahanan Majelis Nasional Prancis bahwa beberapa negara Eropa meyakini pembelian jet tempur F-35 AS dapat menjamin keamanan jangka panjang dari AS. “Menurut pendapat saya, mereka salah paham.” Di negara-negara sekutu tersebut, sejumlah besar sumber daya yang dialihkan ke sektor pertahanan mengakibatkan terabaikannya kebutuhan sosial dan ekonomi yang sangat penting, yang berujung pada ketidakpuasan masyarakat dan meningkatnya ketidakstabilan dalam negeri. Sebuah laporan yang dirilis oleh Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Eropa menunjukkan bahwa meningkatnya belanja pertahanan akan memberikan tekanan ekonomi pada sistem kesejahteraan sosial, memperlemah investasi publik di berbagai bidang utama, serta berpotensi menimbulkan ketidakpuasan publik dan keresahan sosial, yang akan berdampak negatif terhadap keamanan dan stabilitas internal negara-negara Eropa.

Perlu dicermati bahwa AS berupaya meniru “model pemasaran” ini di kawasan-kawasan lain di seluruh dunia untuk mewujudkan tujuan gandanya yakni “membentuk lingkar” dan “menjual senjata”. Kentalnya mentalitas Perang Dingin yang diperlihatkan oleh “pemasaran rasa takut” ala Amerika hanya akan memperparah konflik internasional, memperburuk situasi keamanan global, dan menjebak negara-negara dalam perlombaan senjata, sehingga mengancam perdamaian dan stabilitas dunia.

Seperti yang diungkapkan oleh Bogomir Ferfila, seorang ekonom politik Slovenia, keyakinan bahwa belanja pertahanan yang makin besar akan menghasilkan jaminan keamanan yang lebih besar merupakan sebuah kesalahpahaman. “Keamanan sejati adalah keamanan bersama. Keamanan tidak dapat diwujudkan melalui militerisasi sepihak karena hal itu akan mengarah pada perilaku serupa oleh negara-negara lainnya.” “Pemasaran rasa takut” ala Amerika hanya akan menyeret dunia ke dalam situasi yang lebih berbahaya.

Banner

*1 dolar AS = 16.431 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan