Banner

Batik Indonesia terdokumentasi dalam aplikasi digital “iWareBatik”

Dokumen tentang batik Indonesia kini tersimpan dalam aplikasi digital bernama iWareBatik, yang diluncurkan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-75, pada Senin (17/8/2020). (iwarebatik)

Jakarta (Indonesia Window) – Dokumen tentang batik Indonesia kini tersimpan dalam aplikasi digital bernama iWareBatik, yang diluncurkan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-75, pada Senin (17/8).

Aplikasi buatan mahasiswa Indonesia di Università della Svizzera Italiana (USI) Swiss, Puspita Ayu Permatasari, merupakan kerja sama dengan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Selasa, mengutip Kedutaan Besar RI di Bern.

Banner

“Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear) tapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” kta Puspita.

iWareBatik yang dapat diakses melalui laman iwarebatik.org dan aplikasi ponsel pintar adalah arsip digital batik yang bermanfaat untuk mengidentifikasikan tekstil batik, nilai-nilai filosofis di balik motifnya, tempat asal dan informasi-informasi lain yang berkaitan tentang batik tersebut.

iWareBatik berisi lebih dari 100 motif batik telah terdokumentasikan, dan masih akan terus diperkaya lagi dengan motif-motif lainnya.

Banner

Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik yang sedang dikenakan.

Sejauh ini, aplikasi tersebut dapat mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa yang akan datang.

“Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, atau Maluku, atau provinsi mana saja, bisa mengetahui motif batik yang khas dari daerah tersebut, sebelum memutuskan membeli batik apa yang dijadikan souvenir,” tutur Puspita yang kini tengah menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi doktoralnya di USI.

Banner

Dalam proses pengembangan aplikasi tersebut, Puspita dan tim USI juga melakukan konsultasi dengan KBRI Bern.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Swiss Muliaman D. Hadad mengatakan, “Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik”.

Oleh karena itu, materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi tersebut.

Banner

Batik Indonesia ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada 30 September 2009, dan tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan