Jakarta (Indonesia Window) – Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) memperkirakan pendanaan iklim dari lembaga ini secara kumulatif akan mencapai 50 miliar dolar AS (sekitar 706,3 triliun rupiah) hingga 2030.
Angka tersebut merupakan bagian dari operasi yang selaras dengan tujuan Perjanjian Paris (Paris Agreement) 1 Juli 2023.
Jumlah itu merepresentasikan peningkatan empat kali lipat pada komitmen pendanaan iklim tahunan sejak pertama kali AIIB membuka laporannya bagi publik pada 2019.
“Kami berfokus pada investasi untuk masa depan dalam pengembangan negara-negara anggota, artinya pengembangan infrastruktur yang kami buat harus mempromosikan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” kata Presiden dan Ketua Dewan Direktur AIIB Jin Liqun dalam konferensi pers secara daring, Selasa.
“Kami percaya bahwa ke depan, langkah utama yang perlu diambil adalah meningkatkan keterlibatan sektor swasta di semua lini, sehingga secara bersama-sama, kita dapat mewujudkan komitmen untuk membangun masa depan yang inklusif, setara, dan berkelanjutan,” katanya.
Dia pun berambisi akan mencapai setidaknya 50 persen dari pendanaan total yang disetujui AIIB untuk pendanaan iklim hingga 2025, dengan kini sudah mencapai 40 persen.
Saat ini, area fokus utama AIIB adalah meningkatkan investasi pada adaptasi dan ketahanan bagi anggota berpenghasilan rendah dan mendorong teknologi baru untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim.
Jin menilai komitmen penyelarasan dengan Perjanjian Paris akan berlaku baik untuk proyek-proyek yang dijamin oleh negara anggota maupun tidak, termasuk investasi yang dilakukan melalui perantara pendanaan.
AIIB tengah menguji mekanisme yang ketat untuk memastikan bahwa semua proyek memenuhi syarat rendah karbon dan ketahanan iklim, sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Paris.
Pendekatan ini berlandaskan standar dan kerangka kerja internasional yang saat ini tengah dikembangkan melalui kolaborasi dengan bank pembangunan multilateral lainnya.
“Dengan demikian ini merupakan indikasi jelas dari komitmen kami untuk membangun infrastruktur, namun di saat bersamaan menjaga iklim dan mengurangi dampak perubahan iklim pada ekonomi,” kata Jin.
Laporan: Redaksi