Banner

Rencana Jepang buang sampah Nuklir ke Laut China Selatan ancam kehidupan dunia

Foto dokumentasi yang diabadikan pada 12 Oktober 2017 ini menunjukkan tangki besar yang menyimpan air limbah radioaktif yang terkontaminasi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Prefektur Fukushima, Jepang. (Xinhua)

Oleh Veronika S Saraswati

Rencana pembuangan air limbah terkontaminasi nuklir yang berasal dari pembangkit Fukushima Jepang tidak hanya mengancam kelangsungan hidup manusia dan biota laut di di negara ini, namun juga seluruh umat manusia.

 

Pemerintah Jepang menyetujui rencana pembuangan lebih dari 1 juta ton air limbah pembangkit nuklir Fukushima ke laut. Rencana ini sudah mulai disusun sejak pemerintahan Perdana menteri Yoshidide Suga dan dilanjutkan oleh PM Fumio Kishida. Meskipun sudah ditentang oleh masyarakat Jepang terutama oleh komunitas nelayan Jepang dan negara di kawasan, Jepang tetap akan merealisasikan rencana tersebut.

Padahal faktanya, Tokyo Electric Power Company Holding (TEPCO) yang mengadakan proyek nuklir Fukushima tidak mengatakan fakta yang sesungguhnya mengenai keamanan kandungan zat sangat berbahaya dalam air limbah nuklir mereka itu.

Pemerintah Jepang tetap tidak menghiraukan protes keras masyarakat sipil Jepang dan justru mendukung rencana TEPCO dengan klaim pendapat bahwa pembuangan limbah nuklir ini akan aman karena airnya diproses untuk menghilangkan hampir semua unsur radioaktif dan bakal diencerkan. Rencana ini pun mendapat dukungan dari Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), yang mengatakan pelepasan itu mirip proses pembuangan air limbah dari pembangkit listrik di tempat lain di dunia.

Namun tentu saja dukungan (IAEA) ini harus dipertanyakan sebab Jepang belum memberikan informasi yang sesuai proporsional. Hal ini disebabkan Jepang sendiri belum mempublikasikan kandungan rinci dari limbah yang akan dibuang tersebut. Jikapun sudah dipublikasikan kepada publik, sejumlah ilmuwan Jepang dan masyarakat sipil menolak keras rencana tersebut sebab TEPCO tidak memberi infomasi sesuai fakta mengenai kandungan zat berbahaya dalam limbah nuklir itu.

Banner

IAEA harus membuat investigasi serius dan objektif mengenai persoalan ini mengingat efek sangat bahaya bagi manusia dan lingkungan jika rencana pembuangan sampah nuklir Fukushima tetap dijalankan.

Para ilmuwan mengatakan bahwa air limbah nuklir mengandung racun aktif yang berbahaya dan mematikan bagi lingkungan dan manusia. Oleh karena itu rencana pembuangan sampah nuklir Fukushima ini merupakan persoalan sangat serius dan harus mendapat pengawasan ketat dari semua pihak.

Studi objektif sangat diperlukan untuk penyelesaian kasus ini, dan Jepang harus terbuka dengan melibatkan semua pihak yang kompeten, serta harus terbuka menyampaikan pada publik mengenai setiap perkembangan kasus sampah nuklir Fukushima.

Jepang semestinya menempatkan keberlangsungan hidup manusia dan keamanan lingkungan laut menjadi pertimbangan terutama. Menyelesaikan persoalan nuklir Fukushima dengan cara membuang sampah nuklir Fukushima di laut hanya memenuhi kepentingan ekonomis dan pragmatis sebab jalan itu adalah jalan paling murah secara ekonomis. Murah secara ekonomis namun mematikan kehidupan manusia dan rantai makanan dunia.

Menghancurkan kehidupan

Pembuangan air limbah terkontaminasi nuklir Fukushima yang mengandung zat radiokatif jelas pasti akan mengontaminasi perairan laut dunia.

Peluruhan limbah nuklir yang mengandung zat radioaktif pada perairan memerlukan waktu yang sangat lama, bisa hingga ratusan tahun.

Banner

Tidan saja limbah nuklir itu akan mengontaminasi perairan di sekitar Jepang saja, namun arus laut juga akan membawa limbah sampah nuklir yang mengandung zat radioaktif itu mengalir ke perairan mana pun tanpa bisa dibendung.

Indonesia tidak bisa mengabaikan persoalan ini sebab letak geografis Indonesia tidak terlalu jauh dengan Jepang sehingga sangat mungkin limbah pembuangan itu masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi bagian utara, Kalimantan bagian utara dan Maluku bagian utara.

Tak hanya perairan di Indonesia, limbah nuklir Fukushima juga akan mengalir melalui seluruh perairan dunia karena arus laut mengalir tak terbendung. Dengan demikian, efek merusak dan mematikan dari limbah nuklir Fukushima akan dialami oleh seluruh manusia di dunia.

Limbah nuklir, sekecil apa pun, pasti mengandung bahaya besar, apalagi limbah nuklir Fukushima memiliki berat sekitar 1,25 juta ton. Meskipun rencana pembuangan limbah nuklir Fukushima telah memenuhi standar, menurut Jepang, yaitu 900 kilometer dari pulau terdekat, dikhawatirkan masih akan ada polusi lintas batas (polusi antarnegara melalui arus laut) karena jumlahnya yang sangat besar dan masif.

Menurut para ilmuwan, pembuangan sampah nuklir Fukushima ini akan sangat merusak kelangsungan biota atau kehidupan laut. Radiasi radioaktif pada sampah nuklir Fukushima akan memberi pengaruh somatik dan pengaruh genetik.

Pengaruh somatik adalah dampak yang terjadi secara langsung terhadap satu individu yang terpapar radiasi bahan radioaktif. Sementara pengaruh genetik memberi efek tidak langsung, namun berdampak terhadap keturunan selanjutnya.

Banner

Pengaruh somatik bisa berupa kerusakan manusia atas sistem saraf, menurunnya fungsi organ tubuh, mengandung karsinogenik, serta menyebabkan anemia dan kerusakan kulit. Dampak yang ditimbulkan oleh zat radioaktif tersebut sifatnya akumulatif, yang akan terlihat setelah lima, sepuluh, atau bahkan dua puluh tahun yang akan datang.

Akumulasi ini juga terjadi pada biota laut yang terhubung dalam rantai makanan, lalu, dikonsumsi manusia. Akibatnya, bisa menjadi pencetus kanker, mengganggu janin, menyebabkan cacat fisik, cacat organ tubuh, berkurangnya umur manusia, mutasi DNA pada mikroorganisme, kerusakan DNA sel manusia, dan banyak lainnya.

Pencemaran radioaktif memang berpotensi mematikan, dan lebih mengkhawatirkan lagi adalah efek pada genetik hewan yang terpapar. Biota laut dapat terpengaruh oleh radiasi dalam berbagai cara, antara lain mengalami kematian, mutasi yang bersifat menurun, atau masuknya zat radioaktif tersebut dalam rantai makanan. Hewan laut juga sangat berisiko terkena dampak radiasi. Radiasi masuk ke dalam rantai makanan ketika hewan memakan tanaman teradiasi atau hewan lain yang juga teradiasi. Hal ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa menyebabkan ancaman serius pada kepunahan biota laut dan manusia.

Pembuangan limbah berbahaya sudah pernah dilakukan Jepang pada sekitar tahun 1956. Kasus Minimata Kumamoto terjadi saat PT Chisso yang membuang limbah kimianya ke Teluk Minamata dalam jumlah yang sangat besar. Kandungan logam berat merkuri (Hg) yang dibuang di Teluk Minimata membuat sebagian besar warga Jepang menderita seumur hidup akibat terdampak limbah merkuri. Perairan yang tercemar limbah yang mengandung logam berat mengakibatkan anak-anak terlahir cacat dan kematian warga akibat terpapar limbah logam berat merkuri di perairan Jepang.

Semestinya Jepang mengambil pelajaran berharga dari kasus Minimata. Merealisasikan rencana membuang air limbah terkontaminasi nuklir Fukushima berarti tidak hanya memberi ancaman sangat serius untuk kelangsungan hidup manusia dan biota laut di Jepang, namun juga seluruh umat manusia.

Penulis: Peneliti CSIS Indonesia

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan