Volume perdagangan barang global diproyeksikan akan tumbuh 2,7 persen pada 2024, sedikit lebih tinggi dari proyeksi WTO sebelumnya yang dibuat pada April lalu, yakni sebesar 2,6 persen.
Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Volume perdagangan barang global diproyeksikan akan tumbuh 2,7 persen pada 2024, menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam laporan terbaru Global Trade Outlook and Statistics yang dirilis pada Kamis (10/10).
Proyeksi ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi WTO sebelumnya yang dibuat pada April lalu, yakni sebesar 2,6 persen.
Menurut laporan tersebut, perdagangan barang global mengalami tren peningkatan pada paruh pertama (H1) 2024, dengan kenaikan sebesar 2,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini diperkirakan akan diikuti oleh ekspansi moderat lebih lanjut sepanjang sisa tahun ini hingga 2025.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil global pada nilai tukar pasar diproyeksikan akan tetap stabil di angka 2,7 persen pada 2024 dan 2025, menurut laporan tersebut.
WTO menyebut bahwa pada pertengahan 2024, inflasi telah mengalami penurunan yang memadai untuk memungkinkan bank-bank sentral menurunkan suku bunga. Penurunan inflasi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan riil rumah tangga dan menstimulasi belanja konsumen. Sementara itu, penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan belanja investasi mereka.
Laporan ini juga memperingatkan bahwa perbedaan kebijakan moneter di antara negara-negara besar dapat mengakibatkan volatilitas keuangan dan pergeseran arus modal saat bank-bank sentral menurunkan suku bunga. Situasi ini berpotensi menyulitkan pembayaran utang, terutama bagi negara-negara dengan perekonomian lemah.
“Kami memperkirakan pemulihan bertahap dalam perdagangan global pada 2024, tetapi kami juga tetap waspada terhadap potensi kemunduran, terutama potensi eskalasi konflik regional seperti yang terjadi di Timur Tengah,” ujar Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala.
Dampaknya bisa sangat parah terutama bagi negara-negara yang terkena dampak langsung. Selain itu, eskalasi konflik itu juga secara tidak langsung dapat memengaruhi biaya energi global dan rute pengiriman, imbuh Ngozi Okonjo-Iweala. Dia menyerukan upaya berkelanjutan untuk mendorong perdagangan global yang inklusif.
“Sangat penting bagi kita untuk terus bekerja secara kolektif demi menjaga stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan yang berkelanjutan, karena hal ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia,” ujar Ngozi Okonjo-Iweala.
Menurut laporan tersebut, Eropa akan mengalami penurunan ekspor dan impor masing-masing sebesar 1,4 persen dan 2,3 persen pada 2024. Ekspor Eropa terkena imbas negatif dari sektor otomotif dan bahan kimia di kawasan tersebut.
Sementara itu, ekspor di Asia tahun ini diperkirakan akan tumbuh 7,4 persen, melampaui kawasan-kawasan lain di dunia. Didorong kekuatan-kekuatan manufaktur seperti China, Singapura, dan Korea Selatan, ekspor di Asia telah mengalami rebound yang kuat pada H1 tahun ini.
Dibandingkan perdagangan barang, prospek jangka pendek perdagangan jasa menunjukkan angka yang lebih optimistis, dengan pertumbuhan 8 persen (yoy) untuk nilai perdagangan jasa komersial dalam dolar AS yang tercatat pada kuartal pertama tahun ini. Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan yang relatif kuat pada perdagangan jasa ini kemungkinan akan berlanjut hingga kuartal kedua 2024, tambah laporan tersebut.
Laporan: Redaksi