Tingkat kematian akibat kanker terus menurun di AS

Tenaga kesehatan membawa seorang pasien ke sebuah rumah sakit di New York, Amerika Serikat, pada 13 Desember 2021. (Xinhua/Wang Ying)

Tingkat kematian akibat kanker terus menurun di Amerika Serikat sebesar 2,1 persen per tahun pada gabungan pria dan wanita selama periode 2015 –2019.

 

Los Angeles, AS (Xinhua) – Tingkat kematian akibat kanker secara keseluruhan terus menurun di Amerika Serikat (AS) dari 2015 hingga 2019, menurut Annual Report to the Nation on the Status of Cancer terbaru yang diterbitkan pada Kamis (27/10).

Dari 2014 hingga 2018, insiden kanker secara keseluruhan, atau kasus baru kanker, tetap stabil pada pria dan anak-anak di negara itu, tetapi meningkat pada wanita dan remaja dan dewasa muda, menurut laporan tersebut.

Laporan itu menunjukkan bahwa dari 2015 hingga 2019, tingkat kematian akibat kanker secara keseluruhan menurun sebesar 2,1 persen per tahun pada gabungan pria dan wanita.

Penurunan tingkat kematian paling tajam terjadi pada kanker paru-paru dan melanoma, yakni sebesar 4 persen hingga 5 persen per tahun di antara pria dan wanita, menurut laporan itu.

Tingkat kematian meningkat untuk kanker pankreas, otak, serta tulang dan sendi pada pria, sementara kanker pankreas dan rahim meningkat pada wanita, tunjuk laporan itu.

Para peneliti mencatat bahwa ada kesenjangan ras dan etnis untuk banyak area kanker individu.

Tingkat kematian akibat kanker
Foto yang diabadikan pada 18 Oktober 2018 ini menunjukkan para partisipan memegang lampion untuk mengikuti acara “Light The Night Walk” di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Acara tersebut digelar dengan lebih dari 1.000 partisipan untuk menggalang dana guna mendukung sejumlah layanan, memberikan perawatan yang menyelamatkan jiwa, dan memelopori penelitian kanker. (Xinhua/Wang Ying)

Imunoterapi kanker

Sementara itu di China, beberapa waktu lalu para peneliti berhasil membuat terobosan dalam pengobatan kanker melalui imunoterapi, mengidentifikasi reseptor hormon tertentu sebagai target potensial bagi pengobatan tersebut, menurut Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China.

Reseptor tersebut, yakni melanocortin receptor 5 atau MC5R, bekerja dengan hormon yang disebut α-MSH, yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, untuk mendorong pertumbuhan tumor, menurut makalah yang diterbitkan dalam jurnal Science.

Hal ini ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China yang mengeksplorasi peran sumbu hipotalamus-pituitari dalam kekebalan tumor. Mereka memeriksa kadar sejumlah hormon pada tikus yang memiliki tumor dan menemukan bahwa level α-MSH pada tikus-tikus itu mengalami kenaikan signifikan.

Menurut makalah itu, peningkatan kadar hormon α-MSH dapat menyebabkan pertumbuhan tumor dalam tubuh manusia dengan mendorong akumulasi sel myeloid dan penekanan kekebalan melalui reseptor MC5R.

Para peneliti mengidentifikasi MC5R sebagai target potensial untuk imunoterapi, yang menyediakan sarana untuk menghambat aksi hormon tersebut.

Menurut Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, sejumlah penelitian terdahulu menemukan bahwa pasien yang menderita depresi dan stres jangka panjang menunjukkan perkembangan tumor yang lebih cepat dan respons yang lemah terhadap imunoterapi kanker. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem saraf dan reaksi stres yang dimediasi memainkan peran penting dalam pertumbuhan tumor dan regulasi kekebalan, paparnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan