Konferensi Tingkat Tinggi Ke-15 IMT-GT kali ini dilakukan dalam usianya yang telah mencapai 30 tahun dan telah tumbuh menjadi kerja sama segitiga emas di kawasan ASEAN.
Jakarta (Indonesia Window) – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-15 Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Kamis (11/05/2023), di Hotel Meruorah, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Presiden Jokowi dalam sambutannya menyampaikan kegembiraannya karena di tengah situasi global, pada 2021, volume IMT-GT berhasil mencapai 618 miliar dolar AS, ungkap Sekretariat Kabinet RI dalam keterangan tertulisnya pada Kamis.
Presiden juga menekankan agar ke depan IMT-GT dapat semakin mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan guna menghadapi berbagai tantangan di depan yang tidak mudah.
“Ke depan, IMT-GT harus semakin mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, karena tantangan di depan tidak mudah, ketidakpastian masih tinggi, rivalitas masih tajam, dan efek domino goncangan ekonomi global masih terus mengancam,” ujar presiden.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga mendorong IMT-GT untuk mempererat kolaborasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi tersebut.
“Mari kobarkan semangat kolaborasi, khususnya dengan peningkatan daya saing, konektivitas, pariwisata, dan investasi untuk mencapai visi IMT-GT tahun 2036,” ujarnya.
Konferensi Tingkat Tinggi Ke-15 IMT-GT kali ini dilakukan dalam usia IMT-GT yang telah mencapai 30 tahun. Di usia tersebut, menurut Presiden, IMT-GT telah tumbuh menjadi kerja sama segitiga emas di kawasan ASEAN (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara).
“Di usianya yang ke-30 tahun, IMT-GT menjadi kerja sama segitiga emas bagi 85 juta penduduk di tiga negara,” tandasnya.
Pada rangkaian acara KTT ASEAN ke-42 tersebut presiden juga memimpin sesi Retreat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada hari kedua pelaksanaan KTT.
Pada pagi ini, para pemimpin ASEAN membahas dua isu penting, yaitu meninjau kembali implementasi Five-Point Consensus di Myanmar dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Terkait situasi di Myanmar, Presiden Jokowi menegaskan, bahwa sebagai negara yang memegang keketuaan ASEAN, Indonesia terus mendorong langkah maju dari implementasi Five-Point Consensus.
“Saya harus berterus terang bahwa implementasi Five-Point Consensus belum ada kemajuan yang signifikan, sehingga diperlukan kesatuan ASEAN untuk merumuskan langkah-langkah ke depan,” ujar Presiden.
Selain itu, Presiden juga kembali menyerukan adanya dialog sekaligus penghentian kekerasan di Myanmar. Bersama pihak terkait, lanjut Presiden, Indonesia juga terus berupaya memfasilitasi bantuan kemanusiaan untuk masyarakat di Myanmar.
“Melalui engagements dengan berbagai pihak, mendorong terciptanya dialog yang inklusif, kemudian menyerukan penghentian kekerasan, dan memfasilitasi penyelesaian lewat Joint Needs Assessment melalui AHA Centre dan juga menyalurkan bantuan kemanusiaan,” ujar presiden.
Di hadapan para pemimpin ASEAN, Presiden juga menyampaikan harapan agar isu Myanmar tidak menghambat percepatan pembangunan komunitas ASEAN. Menurut Presiden, hal ini sangat ditunggu oleh masyarakat ASEAN.
Sementara itu, terkait implementasi AIOP, presiden menekankan perlunya kerja sama konkret dan inklusif untuk mengurangi ketegangan di Indo-Pasifik.
“Salah satunya dapat melalui ASEAN Indo-Pacific Infrastructure Forum (AIPIF) sebagai platform kerja sama konkret bersama negara mitra,” imbuhnya.
Laporan: Redaksi