Banner

Praktisi media apresiasi pembelaan terhadap tahanan perempuan Palestina

Praktisi media Aat Surya Safaat (kiri) dan Pembina Aqsa Working Group (AWG) Imaam Yakhsyallah Mansur (kanan) pada jumpa pers menjelang pelaksanaan Konferensi Internasional untuk Membela Tahanan Perempuan Palestina pada Rabu (16/3/2022). (Foto: Istimewa)

Jakarta (Indonesia Window) – Praktisi Media Aat Surya Safaat mengapresiasi pembelaan Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) terhadap kaum perempuan Palestina melalui penyelenggaraan Konferensi Internasional untuk Membela Tahanan Perempuan Palestina yang menghasilkan Deklarasi Tjoet Meutia.

“Saya mengapresiasi kepedulian AWG terhadap nasib para tahanan perempuan Palestina di penjara-penjara Zionis Israel. Saya juga ‘angkat topi’ terhadap AWG yang berhasil menghadirkan testimoni beberapa mantan tahanan perempuan dan anak-anak Palestina secara virtual dalam konferensi tersebut,” katanya di Jakarta, Kamis malam (17/3).

Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) itu mengemukakan keterangan tersebut dalam perbincangan dengan wartawan usai penutupan Konferensi Internasional untuk Membela Tahanan Perempuan Palestina yang menghasilkan Deklarasi Tjoet Meutia dengan tema ‘Bergerak berjama’ah membela perempuan dan anak-anak Palestina’.

Konferensi itu menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Pembicara dari Indonesia yaitu Pembina AWG Imaam Yakhsyallah Mansur, aktivis Muslimah Peggy Melati Sukma, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Dr. Syamsul Bahri, dan Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Dr. Abdul Muta’ali.

Adapun pembicara atau narasumber dari luar negeri adalah Duta Besar Palestina untuk Indonesia Dr. Zuhair Al-Shun serta pembicara dari Malaysia, Filipina, Nigeria, Turki, dan Palestina.

Banner

Aat lebih lanjut menjelaskan, dengan menyelenggarakan Konferensi Internasional untuk Membela Tahanan Perempuan Palestina, AWG sejatinya membantu Pemerintah Indonesia dalam membela rakyat Palestina serta dalam perjuangan bagi kemerdekaan Palestina melalui second track diplomacy (diplomasi lini kedua).

Menurut Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York periode 1993-1998 yang juga pernah menjadi Direktur Pemberitaan ANTARA pada 2016 itu, second track diplomacy yang bersifat informal sejatinya dapat melengkapi dan memperkuat first track diplomacy yang dijalankan pemerintah secara formal.

“Oleh karena itu, dilihat dari diplomasi publiknya yang luar biasa dalam membela dan mengupayakan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Palestina serta membela tahanan perempuan dan anak-anak Palestina yang ada di penjara-penjara Zionis Israel, saya melihat AWG telah secara nyata menjalankan fungsi second track diplomacy,” katanya.

AWG setiap tahun juga menggelar Pekan Solidaritas Palestina pada bulan November yang diwarnai berbagai kegiatan, termasuk pengumpulan donasi bagi pengungsi Palestina serta pengibaran bendera Palestina dan Indonesia di beberapa puncak gunung di Indonesia yang kemudian menjadi perhatian berbagai media massa internasional.

Lembaga kemanusiaan yang didirikan pada Agustus 2008 itu selalu sigap dalam menanggapi isu-isu kemanusiaan yang menimpa rakyat Palestina yang sampai sekarang masih dalam cengkeraman penjajahan Zionis Israel.

AWG yang memiliki 13 biro di seluruh Indonesia itu kini dipimpin oleh Ketua Presidium Muhammad Anshorullah dan Sekjen Subhan Amier Chaf dengan Pembina Imaam Yakhsyallah Mansur yang juga Pembina Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia.

Banner

Aat menambahkan, dirinya menyatakan prihatin setelah melihat testimoni yang disampaikan secara virtual oleh beberapa mantan tahanan perempuan dan anak-anak Palestina.

“Kami semua yang menyaksikan testimoni mereka merasa sangat terenyuh, bahkan sampai ada yang menitikkan air mata karena para tahanan Palestina itu mengalami kekerasan yang tak berperikemanusiaan, baik secara fisik maupun verbal. Mereka diinterogasi selama berjam-jam dengan tangan diborgol dan ditempatkan di ruang yang pengap dan berbau,” katanya.

Lebih dari itu, lanjutnya, diinformasikan juga adanya perempuan Palestina yang sampai melahirkan di penjara tanpa pertolongan medis yang layak, dan tidak sedikit pula di antara tahanan perempuan dan anak-anak Palestina yang tertular COVID-19 karena tinggal secara berdesakan di ruang penjara yang pengap dan kotor.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan