Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah media dan lembaga swadaya masyarakat memberikan dukungan besar bagi Program Mencari Bunda Kedua yang disiarkan oleh Radio Taiwan Internasional (RTI).
Tahun lalu, lebih dari 10 anak Taiwan berhasil menemukan pengasuh asal Asia Tenggara mereka, yang sempat kehilangan kontak selama lebih dari 10 tahun.
Baru-baru ini, tim Program Mencari Bunda Kedua menerima pesan yang meminta bantuan.
Uniknya, kali ini permintaan tersebut berasal dari seorang pengasuh Taiwan yang ingin mencari anak berkewarganegaraan Indonesia, yang berusia 1 tahun 6 bulan.
Sang ibu menyampaikan, anak tersebut teramat istimewa, memiliki kepribadian yang tenang, berperangai aktif dan sangat perhatian terhadap kondisi di sekitar. Sang ‘Ibu Taiwan’ pun sangat penasaran dengan kondisi si anak di Indonesia saat ini.
Sarah Chen mengatakan, “Pikirannya akan terkoneksi sepenuhnya dengan Anda! Ia adalah anak yang sangat sempurna.”
Sarah Chen dipercayakan untuk merawat si anak Indonesia itu pada bulan Oktober tahun lalu, saat baru berusia 1 tahun 1 bulan. Ini adalah yang pertama kalinya bagi Sarah Chen untuk mengasuh anak berkewarganegaraan non Taiwan.
Awalnya, Sarah Chen sempat tertawa kecil ketika melihat nama sang anak yang terlampau panjang, dan akhirnya ia pun memanggilnya dengan Alen.
Sarah Chen mengenang masa-masa awal Alen datang ke rumahnya. Kondisi kesehatan Alen di kala itu tidak terlalu baik dan sulit untuk tertidur. Karena sering berpindah-pindah, Alen sering terlihat tidak nyaman.
Hal tersebut membuat Sarah Chen dan sang suami memutuskan untuk menemani Alen sepanjang siang dan malam hari.
Sarah Chen mengatakan, “Karena kondisi fisiknya, kami pun terus mengajaknya untuk berjemur, serta bermain memanjat dan meluncur di perosotan. Pada umumnya, bagi anak berusia 13 atau 14 bulan, mereka tidak terlalu berani untuk meluncur. Namun kami menggendongnya dan menggunakan berbagai cara untuk melatih ia memanjat. Sehingga dalam proses perkembangannya, ia terlihat lebih dewasa dari semua anak di Taiwan, khususnya bagi anak dengan usia 14 bulan atau 15 bulan.”
Ibunda Alen adalah seorang Pekerja Migran Asing (PMA) asal Indonesia. Alen pun kembali ke Indonesia bersama dengan sang ibunda pada tanggal 10 Maret 2021.
Di hari kepulangannya ke Indonesia, Sarah Chen tidak dapat mengantarkan Alen ke bandara karena masih ada anak lain yang harus diurusnya.
Tidak terpintas dalam pikirannya untuk menyimpan berkas atau data Alen. Sitambah lagi ia tidak begitu mengenal ibu kandung Alen.
Sepuluh hari kemudian, Sarah Chen pun menghubungi penyiar Radio Taiwan Internasional Siaran Indonesia (RTISI), Tony Thamsir, dan meminta bantuan untuk mencari keberadaan Alen beserta sang ibu kandung.
Sarah Chen ingin mengetahui kabar terkini Alen yang pernah menghadirkan keceriaan di dalam kehidupannya.
“Dia selalu menampilkan keceriaan setiap saat. Anak ini sangat mudah untuk tertawa bahagia dan aktif. Misal, ketika berlari kemudian terjatuh, ia pun akan menoleh ke kami semua dan tertawa. Dia benar-benar aktif dan riang!”
“Apalagi Alen memiliki nafsu makan yang baik, segala sesuatu ingin dicobanya. Misalnya saat ia memakan lemon. Anak-anak biasanya akan mengedipkan mata mereka, saat memakan buah lemon. Jika ia melihat kami tertawa, Alen pun akan meminta kepada kita untuk memberikannya (lemon) sekali lagi. Lalu ia akan menggunakan ekspresi yang berlebih-lebihan dan memperlihatkannya kepada kami. Karakteristik anak ini benar-benar sangat istimewa,” kenang Sarah Chen.
Dia juga mengungkapkan meskipun dirinya hanya menemani Alen selama empat bulan lebih, perkenalan mereka menjadi sebuah hal yang sangat sulit untuk dilupakan.
Alen yang baru berusia satu tahun, sudah mampu menunjukkan kegigihan dalam berbagai hal, bahkan perhatian terhadap orang lain.
Sarah Chen mengatakan, “Terkadang saat kami sedang jalan ke sana kemari mencari sesuatu, Alen mengira jika kita sedang mencarai ponsel. Maka ia pun segera membantu mencarin dan memberikan ponsel kepada kami. Coba bayangkan seorang bocah yang baru berusia 1 tahun 3-4 bulan, sudah mampu memiliki sikap dan tindakan seperti demikian.”
Sarah Chen berharap talenta yang dianugerahi oleh Yang Maha Esa tidak terkubur begitu saja tanpa digali dan diasah agar menjadi lebih baik.
Karenanya, Sarah Chen menyatakan kesediaannya untuk memberikan bantuan dalam hal kebutuhan hidup, bahkan termasuk biaya pendidikan yang diperlukan.
Sarah Chen mengatakan, “Yang kami sayangkan adalah, Alen masih seorang bocah kecil, maka selayaknya mendapat lebih banyak perhatian dan bimbingan terlebih dahulu, barulah pulang kembali ke tanah airnya. Karena kami di Taiwan, tidak bisa mengetahui secara pasti kondisi yang sebenarnya yang kini dihadapi oleh Alen. Selain itu, selama masa penitipan di rumah kami, kami menemukan jika Alen adalah seorang anak yang sangat cerdas.”
Sarah Chen menambahkan dirinya juga telah menghubungi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI-Taipei), dan bertanya apakah memungkinkan untuk turut memberikan bantuan informasi berkenaan dengan kondisi Alen di Indonesia.
Pihak KDEI mengatakan akan berupaya untuk mendapatkan data dan informasi terkait melalui data keimigrasiaan yang mereka miliki.
Upaya Sarah Chen mencari Alen adalah satu dan banyak bukti keharmonisan hubungan antara masyarakat Taiwan dan Indonesia.
Contact Person:
Sarah Chen : +886-952-567-423
Tony Thamsir (RTI) : +886-2-2886-6168 Ext 390; tonyt@rti.org.tw; tonythamsir@hotmail.com
Laporan: Redaksi