Banner

TikTok Shop akhirnya ditutup di Indonesia, picu perbedaan pendapat

Seorang pria memegang ponsel yang menunjukkan seorang pedagang sedang mempromosikan produk fesyen melalui platform belanja online TikTok Shop dalam sesi live shopping di Eiger Store di Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada 8 September 2023. (Xinhua)

Penutupan TikTok Shop dinilai tidak akan terlalu mengganggu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang selama ini berjualan di TikTok karena layanan media sosial masih aktif dan bisa dipakai sebagai sarana promosi, sementara transaksi dapat disambungkan ke platform lain. 

 

Jakarta (Xinhua) – TikTok Indonesia menutup layanan lokapasar (marketplace), TikTok Shop, mulai Rabu (4/10) sore sebagai tindak lanjut dari regulasi baru yang membatasi media sosial dalam melayani transaksi jual beli online. Langkah ini memicu beragam pendapat karena sebelum ditutup, penggunaan TikTok Shop oleh masyarakat justru mengalami peningkatan.

TikTok meluncurkan layanan e-commerce, TikTok Shop, di Indonesia kurang dari tiga tahun yang lalu, tetapi nilai transaksinya telah berkembang pesat hingga mencapai hampir 2,6 miliar dolar AS tahun lalu berdasarkan laporan dari lembaga riset Momentum Works. Sayangnya, tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang konvensional terkait penjualan yang anjlok.

Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat pernah berjaya sebagai salah satu pusat grosir terbesar di Asia Tenggara, tetapi tempat itu kini sepi pengunjung. Beberapa pedagang menuding TikTok Shop sebagai salah satu penyebabnya karena banyak menjual barang berharga murah dari luar negeri.

Keluhan itu sampai ke telinga pemerintah, dan tak lama kemudian aturan baru dirilis. Aturan itu mewajibkan pemisahan bisnis media sosial dengan layanan marketplace, dan TikTok menjadi salah satu pihak yang terkena imbas. Aturan itu resmi berlaku pada 26 September 2023 dan pemerintah memberikan waktu selama sepekan untuk memenuhi ketentuan yang ada.

Banner

TikTok kemudian menutup layanan transaksi e-commerce pada aplikasinya mulai Rabu pukul 17.00 WIB sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan. “Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia terkait langkah dan rencana kami ke depan,” tulis keterangan resmi TikTok yang dirilis pada Selasa (3/10).

Pada Rabu pukul 17.10, layanan TikTok Shop sudah tidak bisa diakses, tetapi pemesanan yang sudah dibayar sebelum pukul 17.00 tetap akan diproses.

Penutupan TikTok Shop
Layar ponsel menunjukkan seorang pedagang sedang mempromosikan produk fesyen menggunakan platform belanja online TikTok Shop dalam sesi live shopping di CRSL Store di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 8 September 2023. (Xinhua)

Setelah pengumuman itu, banyak pedagang pakaian hingga makanan yang berjualan di TikTok Shop mengaku kecewa karena hal ini berisiko mengganggu usaha kecil mereka yang sedang berkembang.

Tidak hanya berdampak terhadap pedagang, penutupan TikTok Shop juga mengancam banyak anak muda yang kini bekerja sebagai host siaran langsung dan afiliator, salah satunya Donatus Ladjar (24). Setahun lalu, dia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pengelola media sosial di salah satu instansi pemerintah untuk menjadi host di TikTok karena tawaran gaji yang tinggi dan jam kerja yang fleksibel. Namun, kini dia menghadapi risiko besar.

“Saya khawatir jika ada pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran secara mendadak, apalagi karyawan kontrak seperti saya sepertinya tidak akan mendapat uang pesangon. Banyak teman-teman lain yang juga cemas jika harus mencari pekerjaan lain,” ujarnya.

Sampai TikTok Shop resmi ditutup pada Rabu sore, Donatus belum mendapat kepastian terkait nasibnya, entah libur sejenak atau dipindahkan untuk menjadi host siaran langsung di platform e-commerce lain. Sementara itu, hingga hari itu, pihak TikTok Indonesia belum memberikan keterangan mengenai rencana bisnis e-commerce mereka ke depannya.

Banner
Penutupan TikTok Shop
Foto ini menunjukkan suasana Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang kini mulai sepi dengan tren belanja online yang semakin pesat diklaim sebagai salah satu faktor penyebabnya, pada 4 Oktober 2023. (Xinhua)

Di sisi lain, penutupan TikTok Shop justru disambut positif oleh Asih, salah seorang pedagang pakaian wanita Muslim di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, aplikasi belanja online seperti TikTok Shop merupakan salah satu hal yang menyebabkan Pasar Tanah Abang sepi pembeli. Omzet hariannya menyusut tajam sejak beberapa tahun lalu. Ketika pasar itu masih ramai dikunjungi pembeli, Asih dapat meraup minimal Rp10 juta per hari, tetapi kini pendapatannya tidak sampai 1 juta rupiah per hari.

“Pasar Tanah Abang sempat ramai saat dibuka kembali setelah lockdown COVID-19, tetapi kini semakin sepi terutama setelah Lebaran tahun ini, mungkin salah satunya karena belanja online,” ujarnya.

Peneliti ekonomi digital dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, memperkirakan bahwa penutupan TikTok Shop tidak akan serta-merta meningkatkan kembali penjualan pedagang konvensional, termasuk di Tanah Abang. Sebagian besar pembeli diperkirakan akan beralih ke platform e-commerce lain. Sementara itu, dia mengatakan bahwa lesunya penjualan di Tanah Abang tidak hanya dipicu oleh e-commerce, tetapi juga sederet faktor lainnya.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Teten Masduki memastikan penutupan TikTok Shop tidak akan terlalu mengganggu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang selama ini berjualan di TikTok karena layanan media sosial masih aktif dan bisa dipakai sebagai sarana promosi, sementara transaksi dapat disambungkan ke platform lain.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan