Jakarta (Indonesia Window) – Guna memperkuat ketahanan ekonomi penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) diharapkan mencapai 13,4 persen dalam bauran energi nasional pada 2020.
“Prioritas nasional utama adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas,” ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif saat menyampaikan program kerja lima tahun kepada Komisi VII DPR RI di Jakarta baru-baru ini.
Siaran pers dari Kementerian ESDM yang dikutip di Jakarta, Jumat, menyebutkan bahwa EBT akan digunakan secara bertahap.
Pada 2021 EBT dalam bauran energi diharapkan mencapai 14,5 persen, pada 2022 mencapai 15,7 persen dan 2023 mencapai 17,9 persen. Sedangkan pada 2024 porsi EBT akan mencapai 19,5 persen.
Arifin juga berharap berharap pada tahun ini, beberapa pembangkit listrik berbasis EBT baru akan beroperasi.
“Kami menargetkan kapasitas pembangkit EBT pada tahun ini juga bisa bertambah menjadi 700 megawatt,” ujar Menteri.
Kementerian ESDM merancang penambahan tersebut di tahun ini bertambah 700 MW menjadi 10.843 MW.
Selanjutnya kapasitas pembangkit listrik energi hijau tersebut akan naik 1.000 MW menjadi 11.843 MW pada 2021, lalu menjadi 13.743 MW pada 2022, 15.543 MW pada 2023, dan mencapai 19.243 MW pada 2024.
Menurut Arifin, penggunaan EBT tak hanya untuk pembangkit listrik, namun juga sebagai pengganti bahan bakar minyak fosil.
Pada 2020 ini porsi biofuel bisa menjadi 10 juta kilo liter (kL) dan diharapkan meningkat secara berkala, yakni 10,2 juta kL pada 2021, 14,2 juta KL pada 2022, 14,6 juta kL pada 2023 dan 17,4 juta kL pada 2024.
Laporan: Redaksi