Banner

Pemerintah maksimalkan hilirisasi nikel, tingkatkan nilai tambah

Ilustrasi. Pemerintah memaksimalkan hilirisasi nikel guna meningkatkan nilai tambah dari produk tambang ini dan memberikan dampak positif bagi perkonomian negara. (Vladimir Patkachakov on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah memaksimalkan hilirisasi nikel guna meningkatkan nilai tambah dari produk tambang ini dan memberikan dampak positif bagi perkonomian negara.

Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas bijih nikel dari gejolak harga, kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Ridwan Djamaluddin dalam webinar Masa Depan Hilirisasi Nikel Indonesia pada Selasa (13/10).

“Bagian hulu pertambangan praktis lebih mudah dilakukan dengan keuntungan yang lebih besar. Namun ketika ditarik ke bagian hilir muncul istilah keekonomian bahwa nilai tambah keuntungan tidak seimbang dengan investasi. Kita sedang coba sehingga keseimbangan itu terjadi,” jelas Ridwan.

Keekonomian, sambungnya, merupakan aspek krusial atas keputusan kebijakan hilirasasi nikel di Indonesia.

“Ketika keekonomian itu dikaitkan dengan pohon industrinya atau rantai pasok dari produk-produk hilir, hal ini belum berjalan sesuai harapan,” tuturnya.

Ridwan mengatakan, perencanaan kawasan industri nikel selama ini tumbuh berkat dorongan dari pelaku industri.

Pertumbuhan industri pengolahan berangkat dari besarnya potensi nikel kadar rendah yang dimiliki oleh Indonesia.

Senada dengan hal tersebut, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, mengatakan konsep hilirisasi tidak berhenti ketika mineral diproses menjadi setengah jadi (intermediate product).

“Hilirisasi harus lebih dikembangkan lebih jauh sampai produk menjadi bahan dasar atau pelengkap pada tahap paling akhir dalam pohon industri,” katanya.

Menurut Irwandy, konsep nilai tambah itu juga bukan semata-mata mengenai rasio antara harga produk terhadap harga bahan baku.

Dia menggambarkan proses bijih nikel dapat menghasilkan campuran FeNi atau konsentrat, lalu diolah menjadi Ni-sulfat dan Co-sulfat. Setelah itu diproses lagi menjadi precursor yang merupakan bahan dasar baterai.

“Dari bahan dasar baterai inilah dihasilkan baterai jenis lithium-ion battery,” jelasnya.

Hilirisasi yang berkelanjutan dan terintegrasi akan mendukung kekuatan industri dalam negeri.

“Tanpa hilirisasi, industri dalam negeri akan selalu bergantung pada impor bahan baku, sehingga sangat rapuh dan mudah goyah oleh faktor non teknis dalam bentuk nilai tukar rupiah,” kata Irwandy.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan