Banner

Greenpeace nilai pembangunan pembangkit batu bara China 8,63 GW ancam iklim

Ilustrasi. China menyetujui pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 8,63 gigawatt (GW) pada kuartal pertama tahun ini, atau hampir setengah dari angka yang dicapai pada tahun 2021. (Pixabay)

Meningkatnya kekhawatiran pasokan energi yang sebagian didorong oleh gelombang pemadaman listrik pada September tahun lalu telah memicu peningkatan persetujuan proyek-proyek pembangunan.

 

Jakarta (Indonesia Window) – China menyetujui pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 8,63 gigawatt (GW) pada kuartal pertama tahun ini, atau hampir setengah dari angka yang dicapai pada tahun 2021. Kelompok lingkungan Greenpeace pada hari Rabu (20/7) menilai keputusan tersebut mendahulukan sektor keamanan energi ketimbang masalah iklim.

China telah berjanji untuk secara ketat mengontrol kapasitas tenaga batu bara selama periode 2021-2025 sebagai upaya untuk membawa emisi karbon dioksida yang menjadi biang keladi pemanasan iklim ke puncaknya pada tahun 2030. Proyek-proyek pembangkit baru China juga melambat tahun lalu.

Tetapi meningkatnya kekhawatiran pasokan energi, sebagian didorong oleh gelombang pemadaman listrik pada September tahun lalu, telah memicu peningkatan persetujuan proyek-proyek pembangunan, dengan otoritas provinsi yang bertekad untuk menyelesaikan “kekurangan dalam pembangkit listrik lokal”, kata Greenpeace dalam sebuah laporan penelitian, mengutip dokumen persetujuan.

Banner
pembangkit batu bara china
Ilustrasi. Ladang angin di Xinyang, China. (Vista Wei on Unsplash)

“Keamanan energi telah menjadi semacam kata sandi untuk batu bara, bukan untuk pasokan energi yang andal,” kata Wu Jinghan, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace di Beijing.

Administrasi Energi Nasional China tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui faks.

Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara China adalah poin utama perdebatan selama pembicaraan iklim global di Glasgow tahun lalu, di mana negara-negara sepakat untuk “mengurangi secara bertahap” alih-alih “menghapus” penggunaan batu bara global.

Beijing, produsen dan pengguna batu bara terbesar di dunia serta penghasil emisi karbon dioksida terbesar sedunia, telah berjanji untuk mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Namun, ini dilakukan setelah 2025.

Para peneliti dengan State Grid mengatakan bahwa 150 gigawatt kapasitas pembangkit tenaga batu bara baru dapat dibangun sebelum tahun 2025.

Menurut perkiraan dari Dewan Listrik China yang diterbitkan bulan ini, total kapasitas pembangkit listrik China diperkirakan akan mencapai 3.000 GW pada tahun 2025, dengan sumber bahan bakar fosil sebesar 49 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan 261 GW dalam pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas alam dibandingkan periode hingga akhir tahun lalu.

Banner

Meskipun China mempercepat konstruksi tenaga angin dan surya, membangun lebih banyak kapasitas batu bara akan mempersulit proyek-proyek terbarukan untuk mendapatkan akses ke jaringan listrik dan menjangkau konsumen, kata Wu.

“Pasar energi dibelokkan di sekitar batu bara,” katanya.

Sumber: Reuters

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan