Perdagangan Indonesia dan China akan sangat menguntungkan masyarakat kedua negara, terutama dengan berlakunya Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).
Shanghai, China (Xinhua) –”Hubungan Indonesia-China semakin erat, (dan) ini menguntungkan kami sebagai pebisnis. Saya berharap Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Bali dan diikuti China akan lebih mendorong perkembangan hubungan kedua negara,” kata Hentar Chen, seorang pebisnis dari Indonesia yang saat ini menjabat sebagai chief financial officer (CFO) di Shanghai Resources International Trading Co.
Hentar, yang memiliki nama dalam bahasa Mandarin Chen Xingda, bersama rekan-rekannya memperkenalkan mi instan merek Indomie ke China pada 2018. Pada Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) kelima yang belum lama ini digelar di Shanghai, China timur, mi instan asal Indonesia itu menarik banyak perhatian dan menggugah selera banyak pengunjung.
“Ada bermacam-macam mi di China dan beragam jenis produk tepung dari luar negeri sudah masuk pasar China. Walaupun kompetisinya cukup sengit, menurut saya pasar China sangat besar dan penuh peluang,” ujar Chen, dalam bahasa Mandarin yang fasih.
Setelah melakukan riset pasar, Chen dan timnya memilih empat rasa mi untuk pasar China, yaitu rasa orisinal (original), pedas (spicy), daging sapi pedas (spicy beef), dan daging ayam pedas (spicy chicken), agar dapat memenuhi selera konsumen di berbagai daerah di China.
“Misalnya, mi instan rasa spicy disukai konsumen di Provinsi Sichuan, dan rasa original banyak disukai konsumen di Provinsi Guangdong dan Kota Shanghai,” ujar Chen, “Kami mencatat peningkatan 50 persen dalam penjualan secara tahunan sejak 2018.”
Mi instan Indomie bukan produk pertama yang diperkenalkan oleh Chen dan timnya ke China. Pada 2004, Salim Group dari Indonesia mengirim Chen bersama timnya dari Indonesia ke Shanghai, saat perusahaan itu bersiap memperkenalkan produk mentega putih (shortening) mereka ke pasar China.
“Saat itu saya bekerja untuk firma akuntansi di Singapura, dan sebelumnya saya pernah bekerja di analisis keuangan untuk Salim Group. Salah seorang atasan saya di Salim Group bertanya kepada saya apakah saya mau bekerja di China. Saya kira itu peluang bagus, jadi saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya di Singapura dan datang ke China, karena saya optimistis terhadap pasar China. Kini, saya pikir keputusan itu sangat tepat!” ujar Chen saat mengenang momen tersebut. Dia mengaku pengalamannya belajar bahasa Mandarin saat masih kecil sangat membantunya.
Bisnis mentega putih (shortening) yang diupayakan Chen dimulai dengan berbagai kesulitan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, volume penjualannya meraih kesuksesan, berkat kerja keras Chen dan timnya.
Chen mengungkapkan pentingnya mencari distributor yang tepat untuk dapat terus berkembang di pasar China. Tahun ini menandai kali ketiga Chen mengikuti CIIE, tempat dia menemukan banyak distributor unggul. Chen sudah menerima undangan dari berbagai pameran lain. Selain itu, sejumlah pemerintah daerah di China datang untuk mendiskusikan pengadaan produk Chen.
Menurut Chen, perusahaannya sudah merintis pasar daring maupun luring di China, “kami memercayakan operasi daring kami ke pihak ketiga, dan ke depannya kami berencana menangani sendiri penjualan daring. Berbisnis di China, sangat penting terus belajar untuk mengikuti tren, karena pasar di sini terus berubah, sangat mendesak untuk terus mengikutinya,” ungkap Chen.
“KTT G20 akan digelar di Bali, dengan diikuti China. Hubungan kedua negara semakin erat, tentunya ini menguntungkan para pedagang,” ujar Chen Xingda.
Ada 52 perusahaan Indonesia yang berpartipasi di CIIE tahun ini, mereka memamerkan berbagai produk pertanian seperti biji kopi dan beragam makanan. Sejumlah perusahaan terkemuka seperti Sumyuyuan dan Sinar Mas Group mendirikan stan mereka di ajang tersebut.
Menurut Yudha Halim, pejabat di Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Shanghai, perkembangan perdagangan Indonesia dan China akan sangat menguntungkan masyarakat kedua negara. Khususnya, berlakunya Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) akan mendatangkan berbagai peluang baru bagi kedua belah pihak.
Laporan: Redaksi